SOLOPOS.COM - JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto Sultan HB X

JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto
Sultan HB X

Harianjogja.com, JOGJA— Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan Hari Raya Idulfitri tahun ini adalah saat pertama kali warga Jogja merayakannya dalam suasana keistimewaan.

Promosi Liga 1 2023/2024 Dekati Akhir, Krisis Striker Lokal Sampai Kapan?

Sebagaimana diketahui pada akhir tahun lalu, Undang- Undang Keistimewaan Jogja yang telah diperjuangkan sekian tahun melalui berbagai cara akhirnya disahkan oleh pemerintah pusat.

Suasana keistimewaan yang dibangun saat ini menurut Raja Kraton Jogja itu adalah keistimewaan yang penuh dengan kedamaian, yang diwarnai oleh wajah Islam yang ramah dan toleran, jauh dari sikap intoleransi, tindak pemaksaan dan aksi kekerasan.

“Yang diperlukan untuk kehidupan kita sekarang ini adalah Islam yang mampu memberi jawab atas berbagai persoalan umat, baik pada tingkat individu, masyarakat, maupun negara,” tuturnya dalam pesan Lebaran yang dibacakan lewat sejumlah media pekan lalu.

Menurut dia, persoalan yang dihadapi kaum Muslim dewasa ini, berbeda jauh dengan kehidupan 1.400 tahun lalu. “Kita hendaknya selalu memiliki perspektif baru dalam melihat berbagai persoalan hari ini. Karena solusi persoalan- persoalan masa kini dengan pendekatan masa silam hanya akan membuat kita terasing dari dunia dimana kita hidup, “urainya.

Tampaknya, lanjutnya, hal itulah sumber dari banyaknya kontradiksi yang keseharian sering dilihat bersama sebagai anomali sosial, politik, hukum dan budaya, bahkan anomali agama.

Oleh sebab itu, menurut dia, melalui Idulfitri, umat Islam dituntut untuk melakukan pemaknaan kembali terhadap fitrah kemanusiannya. Dalam paradigma modernisme, kebermaknaan manusia dilihat dari ukuran material.

“Maka dengan Idulfitri kebermaknaannya diukur dari seberapa kemampuannya dalam olah rohani dan keterpanggilannya merajut jalinan kasih dengan sesama,” ujarnya.

Dengan hikmah pesan itu, Sultan mengajak agar dapat belajar dari kesalahan, mengubur segala kekurangan dan melanjutkan hal- hal baik yang sudah dilakukan. Tidak saling menyalahkan dan mencari menang sendiri.

Tindakan kekerasan yang meliputi peristiwa Lembaga Permasyarakata (Lapas) Cebongan, Sleman, Sultan berharap agar pengadilan militer dapat memberikan hukuman seadil- adilnya bagi pelaku pembunuhan terhadap empat tahanan titipan Polda DIY.

Sultan mengajak semuanya dapat saling bersatu membangun negeri yang dulu bernama Ngayogyakarta Hadiningrat, yang telah ditegakan kembali status keistimewaannya tetap dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

“Selamat Idulfitri 1434 Hijriyah mohon maaf lahir batin. Semoga Allah SWT, senantiasa membimbing kita di jalan lurus-Nya dalam upaya mewujudkan amahnah keistimewaan Yogyakarta guna mencapai kesejahteraan rakyat,”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya