SOLOPOS.COM - JIBI/Harian Jogja/Gigih M Hanafi Ngabekten

JIBI/Harian Jogja/Gigih M Hanafi
Ngabekten

Harianjogja.com, JOGJA—Setiap Lebaran, Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat  menggelar acara Ngabekten. Soal makna ngabekten, Menurut Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Jatiningrat, Penghageng Tepas Dwarapura menjelaskan yang dipahami oleh masyarakat kebanyakan keliru. Sebab banyak yang menganggap praktik ngabekten yang dilakukan dengan jongkok mencium kaki Sultan itu adalah cara menyembah warisan feodalisme.
Padahal, lanjut pria yang biasa disapa Tirun, dengan mencium lutut Sultan itu adalah pralambang mereka yang melakukannya memberikan doa bagi langkah Sultan, yang seorang Raja dan Gubernur.
Doanya agar Sultan selalu dalam mengambil kebijakan selalu benar. Itu sesuai dengan gelar Sultan : Sampeyan Dalem.”Sultan tak memandang rendah mereka yang melakukan baktinya. Tapi justru mereka yang mendoakan posisinya sebetulnya lebih tinggi,” ungkapnya.
Doa yang diberikan dengan mencium lutut Sultan itu dibalas oleh raja dengan menangkupkan dua telapak tangan ke atas leher abdi dalem yang tengah mencium lutut tersebut.

Promosi Selamat Datang Kesatria Bengawan Solo, Kembalikan Kedigdayaan Bhineka Solo

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya