Harianjogja.com, JOGJA—Setiap Lebaran, Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat menggelar acara Ngabekten. Soal makna ngabekten, Menurut Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Jatiningrat, Penghageng Tepas Dwarapura menjelaskan yang dipahami oleh masyarakat kebanyakan keliru. Sebab banyak yang menganggap praktik ngabekten yang dilakukan dengan jongkok mencium kaki Sultan itu adalah cara menyembah warisan feodalisme.
Padahal, lanjut pria yang biasa disapa Tirun, dengan mencium lutut Sultan itu adalah pralambang mereka yang melakukannya memberikan doa bagi langkah Sultan, yang seorang Raja dan Gubernur.
Doanya agar Sultan selalu dalam mengambil kebijakan selalu benar. Itu sesuai dengan gelar Sultan : Sampeyan Dalem.”Sultan tak memandang rendah mereka yang melakukan baktinya. Tapi justru mereka yang mendoakan posisinya sebetulnya lebih tinggi,” ungkapnya.
Doa yang diberikan dengan mencium lutut Sultan itu dibalas oleh raja dengan menangkupkan dua telapak tangan ke atas leher abdi dalem yang tengah mencium lutut tersebut.
Promosi Selamat Datang Kesatria Bengawan Solo, Kembalikan Kedigdayaan Bhineka Solo