Jogja
Jumat, 19 Agustus 2011 - 10:46 WIB

Lereng Merapi butuh penghijauan berkesinambungan

Redaksi Solopos.com  /  Budi Cahyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

SLEMAN—Pepohonan di lereng Merapi banyak yang meranggas karena musim kemarau berkepanjangan. Jika tidak segera dilakukan penghijauan, kondisi itu dikhawatirkan bakal semakin memprihatinkan.

Kepala Dusun Srunen, Glagaharjo, Cangkringan, Sukatmin mengatakan, tanah di lereng Merapi lambat laun menjadi tandus dan gersang karena musim kemarau.

Advertisement

“Maka itu, program penghijauan di lereng Merapi harus berkesinambungan,” katanya saat dihubungu, kemarin (18/8). Adapun mengenai rencana pemerintah untuk menjadikan lereng Merapi sebagai hutan rakyat atu hutan lindung, menurut Sukatmin, hal itu bukan solusi terbaik untuk mengantisipasi kegersangan kali ini.

Pasalnya, perwujudan konsep hutan rakyat pasti membutuhkan waktu cukup panjang. Lagipula, sebagian besar warga, terutama di Dusun Kalitengah Lor dan Kalitengah Kidul, dan Srunen juga enggan merelakan tanah leluhurnya diperuntukkan sebagai hutan semata.

“Dengan dilanjutkanya program penghijauan, dapat dipastikan kondisi lereng Merapi bakal kembali hijau. Toh, kesadaran warga lereng Merapi dalam menjaga lingkungannya tidak perlu dipertanyakan lagi,” tegas Sukatmin.

Advertisement

Dari data yang dihimpun Harian Jogja, lahan hijau di lereng Merapi luasnya mencapai sekitar 1.840 hektare yang terdiri dari 1.000 hektare lahan Taman Nasional Gunung Merapi dan hutan rakyat seluas 840 hektare.

Sejak erupsi 2010 lalu, program penghijauan lereng Merapi baru mencapai sekitar 300 hektare. Selain sebagai program pemerintah pusat, provinsi, hingga Pemkab Sleman, penghijauan lereng Merapi juga digiatkan dari berbagai donatur peduli Merapi.(Harian Jogja/Dinda Leo Listy)

Advertisement
Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif