SOLOPOS.COM - Salah satu peserta karawitan putri dari Kecamatan Paliyan tengah menunjukkan kemampuannya memainkan gamelan dan lagu Jawa dalam Festival Karawitan Putri di bangsal Sewokoprojo, Wonosari, Sabtu (30/11/2013). (JIBI/Harian Jogja/Ujang Hasanudin)

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Gunungkidul menggelar Festival Karawitan Putri di bangsal Sewokoprojo, Wonosari, Sabtu (30/11/2013). Festival karawitan yang diikuti 18 peserta dari tiap kecamatan di Gunungkidul ini sebagai upaya pelestarian kesenian daerah yang mulai pudar.

Festival Karawitan Putri yang sebagian besar diikuti ibu-ibu rumah tangga ini berlangsung meriah. Setiap peserta berjumlah 20 orang. Masing-masing diberikan waktu 15 menit untuk menunjukan kreasinya memainkan gamelan dengan tiga buah lagu jawa.

Promosi Ongen Saknosiwi dan Tibo Monabesa, Dua Emas yang Telat Berkilau

Bupati Gunungkidul Badingah mengatakan, seni karawitan sangat erat kaitannya dengan seni-seni budaya lain yang saling mendukung, di antaranya wayang kulit, wayang orang dan kethoprak sehingga seni karawitan mendapat tempat yang beragam untuk dikembangkan dan ditekuni oleh generasi muda.

Namun, pada kenyataannya, Badingah menilai, semakin sedikit generasi muda yang tertarik menekuni seni karawitan karena seni budaya pop yang dianggap lebih mudah dinikmati dan dianggap lebih sesuai dengan perkembangan jaman dan teknologi.

“Kondisi ini tentu menjadi keprihatinan, karena bukan tidak mungkin seni karawitan akan tenggelam dan justru diambil alih oleh bangsa asing karena penerusnya generasi muda kurang berminat menekuni,” kata Badingah saat membuka Festival Karawitan Putri.

Badingah akan mendorong upaya-upaya pelestarian hasil karya seni budaya bangsa melalui berbagai kegiatan lomba dan festival seni karawitan. “Melalui kegiatan ini masyarakat tentu akan terdorong untuk merasa memiliki dan terlibat dalam melestarikan seni karawitan,” harap dia.

Ketua Panitia Festival karawitan Putri Dwijo Winarto mengatakan, 18 peserta akan dinilai oleh dewan juri dari sisi kekompakan dan keserasian memainkan gamelan. Selain itu, dewan juri menilai penggendang dan sinden terbaik dalam ajang festival karawitan se-Gunungkidul tersebut. “Kegiatan ini sebagai upaya agar seni karawitan tetap eksis,” tandas Dwijo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya