SOLOPOS.COM - Salah satu penampilan peserta sedang melakukan aksi teatrikal perjuangan 'Nyi Ageng Serang', dalam kirab budaya memeringati Hari Ulang Tahun Ke-71 Desa Karangsari, Kecamatan Pengasih, Rabu (31/1/2018). (Uli Febriarni/JIBI/Harian Jogja)

Pemerintah Desa Karangsari Pengasih mengajak warga setempat untuk menggali potensi budaya dan wisata

 

Promosi Ayo Mudik, Saatnya Uang Mengalir sampai Jauh

Harianjogja.com, KULONPROGO- Pemerintah Desa Karangsari Pengasih mengajak warga setempat untuk menggali potensi budaya dan wisata yang ada di wilayah tempat tinggal mereka. Cara tersebut dilakukan dengan cara melibatkan mereka dalam kirab budaya, Rabu (31/1/2018).

Pj Kepada Desa Karangsari, Mujirin menuturkan, kirab budaya tersebut dilakukan dalam rangka memeringati Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-71 Desa Karangsari.

Mujirin menjelaskan, dalam kirab budaya, setiap warga yang mewakili 12 dusun menampilkan hasil kesenian ataupun atraksi budaya yang beragam.

Menurut dia, dengan kemampuan menggali potensi budaya secara mandiri, warga Karangsari bisa paham betul dan berhasil membangun jati diri mereka. Sehingga mereka tidak mudah terpengaruh budaya asing.

“Lewat kirab budaya, warga juga sesungguhnya bisa membantu promosi potensi wisata di dusun mereka masing-masing. Mereka sadar bahwa ada yang bisa dikembangkan dari wilayah mereka,” terangnya, ditemui di sela kegiatan, Rabu.

Total ada sekitar 3.500 orang warga berpartisipasi dalam kegiatan kirab. Mereka membawa konsep penampilan yang unik dan beragam. Misalnya saja warga Dusun Suruhan menampilkan satuan marching band, pemainnya mengenakan pakaian berasal dari daun pisang kering.

Peralatan musik yang mereka gunakan juga berasal dari bahan daur ulang, seperti bekas kaleng thinner, kue, dan bahan daur ulang lainnya. Dusun Ngruno memilih untuk menampilkan atraksi perjuangan heroik Nyi Ageng Serang dalam melawan penjajahan Belanda dan pertunjukkan barongsai dikolaborasikan dengan jatilan.

Dusun Sendangsari menampilkan tema ‘Sendangsari Berketahanan’, menampilkan sejumlah gunungan hasil tani dan kebun. Dimunculkan pula sosok buto sebagai simbol kejahatan dan tantangan yang akan dihadapi masyarakat di masa depan.

Mereka berharap di usia yang semakin dewasa, seluruh warga Desa Karangsari khususnya Dusun Sendangsari bisa membawa wilayah mereka menjadi dusun yang berketahanan pangan, berketahanan sosial, berketahanan budaya.

Salah satu peserta kirab dari Dusun Suruhan, Khoirul Amri menuturkan, kelompok mereka yang tampil dengan bahan serba daur ulang dinamakan dengan Marching Black.

Mereka memilih menggunakan beragam bahan bekas untuk menjadi piranti atraksi karena lebih mudah didapatkan, dan murah. Kelompok yang keseluruhannya diisi oleh laki-laki itu, ingin menyampaikan pesan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dan pengolahan limbah.

“Kami memanfaatkan apa yang ada di alam sekitar. Lebih sederhana, lebih hemat biaya,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya