SOLOPOS.COM - Salah satu peserta mewarnai batik di Rumah Produksi Batik Nakula Sadewa di Dusun Iropaten, Desa Triharjo, Sleman, Jumat (17/10/2014). (Rima Sekarani/JIBI/Harian Jogja)

Belajar membatik barangkali masih terlalu sulit bagi anak-anak usia dini. Namun, Rumah Produksi Batik Nakula Sadewa di Dusun Iropaten, Desa Triharjo, Sleman mempermudah pengenalan batik dengan belajar mewarnai polanya saja. Berikut laporan wartawan Harianjogja.com, Rima Sekarani I.N.

Sejak mengelola Rumah Produksi Batik Nakula Sadewa pada tahun 1997, Bambang Sumardiyono sudah berkali-kali membagikan ilmu membatik dalam berbagai pelatihan. Namun, hari itu peserta pelatihan bukanlah remaja atau orang dewasa, melainkan anak-anak berusia tiga sampai enam tahun.

Promosi Kisah Pangeran Samudra di Balik Tipu-Tipu Ritual Seks Gunung Kemukus

“Hari ini kita akan belajar mewarnai batik. Adik-adik bebas memilih warna mana saja yang sudah disediakan,” begitu kata Bambang di depan sekitar 50 anak dari Play Group dan Taman Kanak-kanak Islam Terpadu (TKIT) Yasmin Muadz Bin Jabal Sleman, Kamis (16/10/2014) pagi.

Dengan telaten, Bambang menunjukkan bagian mana yang harus diberi warna. “Warnai yang ada gambarnya, jangan yang bagian putih,” kata dia sambil menunjukkan pola batik pada sebuah kain putih yang dia bawa dengan kuas.

Agar lebih meyakinkan, dia menyontohkan cara mewarnai batik. Dia memilih cat berwarna ungu. “Ini warnanya nanti bisa berubah setelah diberi HCL. Sekarang belum muncul, tapi nanti mungkin warna ungu bisa berubah jadi hijau,” katanya.

Menyadari puluhan anak di depannya sudah tidak sabar, Bambang langsung mempersilakan anak-anak mulai mewarnai. Beberapa anak masih harus didampingi oleh guru, tapi ada juga yang sudah lincah memilih warna.

“Kamu ambil warna apa? Dari yang mana?” tanya Jasmin kepada temannya, Hani.

Kedua anak berusia enam tahun tersebut kemudian asik mewarnai kain batik dengan hati-hati. Meski demikian, mereka pun tidak ambil pusing saat bagian cat meluber hingga ke luar pola.

Nabil yang masih berumur tiga tahun tidak ingin kalah. Karena tubuhnya yang kecil, dia bahkan harus beberapa kali beranjak dari tempatnya duduk untuk menjangkau cat yang diletakkan di depannya. “Ustadah, aku sudah,” seru Nabil saat merasa sudah selesai dengan pekerjaannya.

Pada tahun 2009 lalu, batik telah diakui dunia sebagai kekayaan budaya Indonesia. “Tapi kita bisa senang-senang karena batik sudah diakui UNESCO. Bisa saja kita tersaingi dan pengakuan dunia tersebut dicabut,” ujar Bambang.

Oleh karena itu, Bambang menilai kecintaan terhadap batik perlu dikenalkan sejak usia dini. “Harapannya, 20 tahun mendatang, dia akan ingat apa yang sudah pernah dia pelajari saat kecil. Dengan demikian, kita bisa tetap melestarikan batik,” kata pria berusia 52 tahun tersebut.

Sejak tahun 2013, Rumah Produksi Batik Nakula Sadewa aktif mengisi pelatihan membatik bagi anak-anak hingga dewasa. “Dengan anak-anak memang harus lebih sabar. Tapi, di situ saya menemukan komposisi warna yang unik dari imajinasi anak,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya