SOLOPOS.COM - Sejumlah anggota tim SAR gabungan mengevakuasi jenazah korban tanah longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, Jawa Tengah, Minggu (14/12/2014). (JIBI/Solopos/Antara/Idhad Zakaria)

Harianjogja.com, JOGJA-Berdasarkan hasil investigasi tim geologi yang dilaksanakan 13-14 Desember 2014, Dosen Teknik Geologi, Fakultas Teknik UGM, Wahyu Wilopo mengatakan daerah kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, Jawa Tengah merupakan daerah yang rawan bencana longsor. Ketinggian lereng di sekitar lokasi bencana mencapai 100 meter dengan daya jangkau longsoran mencapai jarak 500 meter.

Mengacu pada sumber peta geologi, daerah ini merupakan daerah sangat curam, miliki lapisan tanah yang tebal yang dipengaruhi oleh proses alterasi, pelapukan yang berasal dari dalam bumi. Struktur geologi yang kompleks dengan ditemukan banyak jalur patahan. Kendati demikian, pemicu terjadinya longsor disebabkan penggunaan lahan yang kurang aman

Promosi Piala Dunia 2026 dan Memori Indah Hindia Belanda

Peneliti dan pembuat alat sistem peringatan dini bencana longsor Teuku Faishal Fathani menuturkan beberapa kecamatan di sekitar Banjarnegara merupakan kawasan yang pernah dipasang alat deteksi longsor buatan UGM pada 2007. Ia dan tim UGM bekerja sama dengan Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal meneliti kerentanan longsor di Banjarnegara. Kecamatan Karangkobar masuk peringkat pertama daerah berisiko tinggi. Sayangnya alat tersebut batal dipasang di Karangkobar.

”Waktu itu kami siap pasang alat deteksi dini longsor di sana, tetapi ada persoalan sosial sehingga gagal terwujud. Andai saja alat itu jadi dipasang di sana, mungkin lain cerita,” kata Wahyu saat menyampaikan hasil laporan investigasi bencana tanah longsor Banjarnegara, Senin (15/12/2014), di ruang multimedia, Gedung Pusat UGM.

Sebaliknya alat tersebut dipasang di Pagentan, Banjarnegara, Jawa Tengah.

“Alat yang kita pasang memberi peringatan dini lewat bunyi sirine berbunyi empat jam sebelum kejadian sehingga tidak ada korban, ” terangnya.

Alat sistem peringatan dini longsor buatan UGM, kata Faishal, saat ini sudah dipasang di 12 provinsi di Indonesia. Bahkan telah dipakai di beberapa negara seperti Myanmar, Kroasia dan Vietnam. Menurut dia pemerintah perlu untuk menerapkan teknologi sistem peringatan dini deteksi bencana longsor untuk menghindari kejadian serupa terulang setiap tahun. Bagaimanapun, alat deteksi dini hanyalah salah satu komponen dari upaya mitigasi. Penguatan kelembagaan, mitigasi struktural dan sosial jauh lebih penting.

Wakil Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LLPM) UGM, Irfan Dwi Priyambodo menuturkan UGM pada Selasa (16/12/2014) melalui Disaster Response Unit (DERU) mengirim 28 relawan yang terdiri dokter, tenaga medis, psikolog, relawan untuk membantu korban bencana longsor di Banjar negara.

“Hari ini kita sudah mengirim tim assessment dan dokter ke sana,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya