SOLOPOS.COM - Simulasi bencana (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Menjadi desa tangguh bencana seyogianya mampu bertindak taktis ketika bencana melanda. Namun, tanpa latihan yang cukup, kebingungan pun melanda seperti yang terjadi pada simulasi bencana di Desa Hargomulyo, Kecamatan Gedangsari. Berikut kisah yang dihimpun wartawan Harianjogja.com, Kusnul Isti Qomah.

Waktu menunjukkan sekitar pukul 10.30 WIB. Terik matahari di langit Desa Hargomulyo, Kecamatan Gedangsari dihiasi mendung hitam yang menggelayut. Suasana hening. Namun, tak lama kemudian terdengar suara tanah bergemuruh yang disambut suara kentongan bambu tiada henti.

Promosi Iwan Fals, Cuaca Panas dan Konsistensi Menanam Sejuta Pohon

Salah satu warga yang memiliki keterbelakangan mental panik lari pontang-panting sambil berteriak-teriak dan membunyikan kentongan. “Tolong, tolong, ada tanah longsor,” teriaknya.

Warga sontak kocar-kacir berlarian. Bencana longsor itu menyebabkan 20 rumah rusak berat, lima rumah tertimbun longsor serta beberapa jalan desa turut tertimbun tanah longsor. Setidaknya 21 KK kehilangan tempat tinggal dan 45 jiwa harus mengungsi.

Sebanyak 25 orang mengalami luka-luka, 10 di antaranya luka berat seperti patah tulang terbuka hingga usus terburai. Sementara itu sembilan orang mengalami luka sedang dan enam orang luka ringan.

Korban tersebar di beberapa titik. Empat di antaranya di tepian sungai sedangkan lainnya tersebar di sekitar lokasi longsor di sebelah selatan Balaidesa Hargomulyo.

Kepanikan pun tampak di sana-sini. Sayangnya warga masih tampak bingung harus bagaimana. Korban pun dibiarkan dulu beberapa saat sebelum ditolong. Warga juga tampak masih menunggu bantuan dari BPBD atau dinas lainnya.

Setelah berhasil dievakuasi, para korban langsung dilarikan ke Puskesmas Gedangsari kemudian dirujuk ke RSUD Wonosari untuk korban yang luka berat.

Dari puluhan warga yang hadir dalam kegiatan simulasi dan pembekalan bencana di Balaidesa Hargomulyo, Kamis (5/12/2013) hanya sebagian yang turun ke lapangan. Sisanya menjadi penonton. Meski begitu bagi panitia penyelenggara, ketanggapan warga sudah dinilai bagus.

“Sudah bagus, tapi memang perlu ditingkatkan terutama waktu respon bencana. Mereka masih kebingungan harus bagaimana dan masih ada yang iren dengan rekan lainnya,” tutur Handoyo, Koordinator Pokja Bencana Fakultas Kedokteran UGM.

Simulasi bencana tersebut hasil kerjasama antara UGM dan Universitas UMEA Swedia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya