SOLOPOS.COM - Tim dari Pusat Studi Bencana Universitas Gadjah Mada (UGM) meninjau lokasi rekahan tebing di Dusun Jeruk, Desa Gerbosari, Kecamatan Samigaluh, Kulonprogo, Selasa (11/4/2017). (Rima Sekarani I.N/JIBI/Harian Jogja)

Longsor Kulonprogo mengancam warga di Desa Gerbosari Samigaluh

Harianjogja.com, KULONPROGO -Pusat Studi Bencana Universitas Gadjah Mada (UGM) meninjau lokasi rekahan tebing  di Dusun Jeruk, Desa Gerbosari, Kecamatan Samigaluh, Kulonprogo, Selasa (11/4/2017).

Promosi Jaga Jaringan, Telkom Punya Squad Khusus dan Tools Jenius

Dua titik mata air baru diketahui muncul di dekat rekahan sehingga berpotensi memicu pergerakan tanah yang membahayakan warga sekitar.

Tim Geologi Pusat Studi Bencana UGM, Ikramullah Sultana mengatakan, kedua mata air baru tersebut menjadi pertanda adanya tambahan rekahan. Menurutnya, kondisi itu perlu diwaspadai dan mendapatkan perhatian khusus.

“Air bisa masuk ke dalam tanah dan berpotensi menggerus rekahan. Itu harus digarisbawahi dalam pertimbangan rekomendasi penanganan ke depan,” ujar Ikramullah.

Ikramullah lalu memaparkan, berdasarkan kajian lapangan yang dilakukan hari itu, pergerakan tanah masih terus berlangsung. Hal itu tampak dari dua retakan besar di bagian atas tebing yang terpantau semakin bergerak menurun.

Panjang salah satu rekahan diperkirakan mencapai 120 meter dan membujur dari timur ke barat, sedangkan rekahan lainnya melintang sepanjang 200 meter dari arah timur laut ke barat daya dan membelah area persawahan.

“Dua rekahan besar memiliki rentang pergerakan sekitar 4,5-6 meter. Itu cukup besar untuk daerah dengan kontur seperti ini,” kata dia.

Tim juga memantau kondisi rekanan kecil di sejumlah titik lainnya. Keberadaan rekahan-rekahan kecil tersebut memperbesar potensi longsor dengan volume material tanah yang lebih banyak.

Meski demikian, tim masih membutuhkan waktu untuk mengolah data lebih lanjut sebelum memberikan rekomendasi, termasuk soal kemungkinan dilakukan relokasi permukiman warga.

Rekahan pada tebing di wilayah Jeruk, Gerbosari diketahui muncul sejak awal Maret lalu. Pergerakan tanah pun terjadi akibat air hujan yang mengalir masuk ke rekahan-rekahan tersebut.

Bagian bawah tebing kemudian longsor dan mengenai rumah warga pada Kamis (6/4/2017) pekan lalu. Warga sekitar diminta mengungsi sementara untuk mengantisipasi longsor susulan.

Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kulonprogo, Hepi Eko Nugroho mengungkapkan, kedalaman retakan tanah berkisar antara 20-30 cm.

Dia khawatir akan timbul longsor yang lebih besar jika wilayah tersebut diguyur hujan berintensitas tinggi. Itulah mengapa warga diminta mengungsi sembari menunggu hasil rekomendasi dari Pusat Studi Bencana UGM.

“Hasil kajian dijadikan dasar tindak lanjut. Apakah warga boleh pulang ke rumah, bertahan di pengungsian, atau bahkan harus direlokasi,” ucar Hepi.

Hepi menambahkan, BPBD Kulonprogo juga memasang dua unit early warning system (EWS) untuk mendeteksi terjadinya pergerakan tanah pada tebing. “Warga beraktivitas seperti biasa pada siang hari, malamnya baru mengungsi. Namun jika siang kondisinya hujan, kami larang mereka untuk beraktivitas di sekitar kawasan rawan,” ungkap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya