Longsor Kulonprogo terjadi di Clumprit dan mengakibatkan munculnya retakan
Harianjogja.com, KULONPROGO — Longsor susulan kembali terjadi di Pedukuhan Clumprit, Desa Gerbosari, Samigaluh, Minggu (12/3/2017). Akibatnya, titik retakan tanah baru pun terjadi.
Salah satu petugas Koordinator Kecamatan Tanggap Bencana (Korcam Tagana) Kecamatan Samigaluh Ibnu Wibawa menjelaskan, pasca longsor besar yang melanda salah satu titik tebing di Clumprit, Minggu (5/3/2017) lalu, kondisi tanah di sekitar lokasi kejadian memang masih sangat labil. Ia pun khawatir, hujan deras bakal memicu terjadinya longsor susulan. “Dan akhirnya terjadi juga. Bahkan kini ada retakan tanah baru di rumah warga,” katanya kepada Harian Jogja, Senin (13/3/2017).
Retakan itu, terang Ibnu, terjadi di dalam rumah milik Jemadi, RT 37 RW 19 Pedukuhan Clumprit. Pasca terjadinya longsor susulan itu, muncul beberapa retakan baru, baik di rumah milik Jemadi, maupun pekarangan di sekitar rumah itu. “Kalau retakannya, panjangnya sekitar 15 meteran,” tambahnya.
Sementara longsor susulan itu, Ibnu menambahkan, terjadi sekitar pukul 15.00. Panjang titik longsoran diakuinya terjadi di titik yang sama seperti saat longsor yang terjadi sepekan lalu. Hanya saja, panjang titiknya kali ini sedikit lebih kecil, yakni berkisar 10 meter saja dengan ketinggian 4 meter dan lebar longsoran mencapai 1,5 meter.
Sebelumnya terjadi longsor susulan itu, retakan yang diakibatkan oleh longsoran besar pertama, sudah ditambalnya. Bersama warga, Tagana Samigaluh sudah menambal retakan yang terjadi di rumah warga dengan semen. “La ini muncul retakan baru,” tegasnya.
Melihat besarnya potensi longsor dan amblasnya rumah milik Jemadi itu, ia pun sudah melaporkan hal tersebut kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulonprogo. Ia berharap pihak BPBD Kulonprogo segera meresponnya, termasuk dengan pemasangan Early Warning System (EWS).
Terpisah, Kepala BPBD Kulonprogo Gusdi Hartono mengakui, pihaknya belum mengetahui adanya retakan tanah di kawasan Clumprit tersebut. Akibatnya, di wilayah itu pihaknya belum memasang EWS.
Terakhir, pemasangan EWS dilakukannya di dua titik yang berbeda, yakni Dusun Jeruk Desa Gerbosari dan Dusun Soropati Desa Hargotirto, Kokap. “Kami memasang masing-masing 2 unit,” ucapnya.
Ia pun mengakui bahwa Kulonprogo saat ini tengah kekurangan EWS. Dari total kebutuhan EWS di 120 unit, hingga kini pihaknya baru memiliki 71 unit yang sudah terpasang di 6 kecamatan, yakni Kalibawang, Samigaluh, Nanggulan, Pengasih, Girimulyo, dan Kokap. Sedangkan EWS tsunami, diakuinya kini berjulah 4 unit.
Rencananya, tahun ini pihaknya akan mendapatkan tambahan 20 unit EWS dari BPBD DIY. Hanya saja terkait lokasi penempatannya, pihaknya hingga kini masih terus melakukan kajian.”Yang pasti itu semua merupakan EWS longsor,” tegasnya.