Jogja
Jumat, 18 Desember 2015 - 14:55 WIB

Mahasiswa IKIP PGRI Wates Sampaikan Nilai Pendidikan Karakter melalui Drama Musikal

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ratusan siswa SD menyaksikan drama musikal yang dimainkan mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) IKIP PGRI Wates, Kamis (17/12/2015). (Rima Sekarani I.N./JIBI/Harian Jogja)

Mahasiswa IKIP PGRI Wates menggelar pertunjukan drama musikal di aula kampus sebagai upaya pendidikan karakter untuk siswa SD

Harianjogja.com, KULONPROGO-Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) IKIP PGRI Wates menggelar pertunjukan drama musikal di aula kampus, Kamis (17/12/2015). Sebanyak lebih dari 300 anak SD diundang untuk menonton aksi mereka.

Advertisement

Dwi Yulia Suryanti tampil maksimal dengan gaun dan sepasang sayap serba merah yang terbuat dari karton. Pagi itu dia harus berperan menjadi Peri Jahat yang bertugas memengaruhi anak-anak untuk bersikap nakal. Buah latihan dan kerja keras dia bersama 11 teman satu kelompoknya akan diuji.

Satu per satu adegan drama musikal berjudul Peri Baik dan Peri Jahat dimainkan. Yulia pun beberapa kali tampil berdampingan dengan Nur yang berperan sebagai Peri Baik. Mereka bersaing membisikkan ide baik dan buruk kepada para pemeran siswa SD. “Mencontek saja supaya dapat nilai lebih bagus,” tutur si Peri Jahat.

Salah satu anak kemudian tampak terbujuk rayuan Peri Jahat dan mencontek saat ujian di kelas. Namun, dia tertangkap basah oleh guru dan mendapat peringatan keras. Dia juga kemudian hanya mendapatkan nilai rendah saat guru membagikan hasil ujian. “Jangan curang. Setiap perbuatan jahat pasti mendapat balasan,” ungkap Yulia, saat ditemui usai pertunjukan.

Advertisement

Mahasiswa semester III jurusan PGSD IKIP PGRI Wates itu mengaku senang bisa tampil dalam drama musikal yang menyajikan unsur pendidikan karakter. Dia berharap, ratusan pasang mata yang menyaksikan pertujukan hari itu bisa mengambil hikmah dari setiap kisah.

Panitia drama musikal, Duriyah mengungkapkan, ada empat kisah yang ditampilkan oleh empat kelompok. Selain Peri Baik dan Peri Jahat, terdapat pula kisah berjudul Timun Mas dan Buto Warok, Hikmah Bersyukur, dan Mencintai Alam Lingkungan. “Nilai ceritanya disesuaikan dengan kehidupan sehari-hari anak, seperti menghargai teman dan tidak mencontek,” kata Duriyah.

Duriyah lalu menjelaskan, drama musikal sebenarnya adalah tugas akhir mata kuliah Bahasa Indonesia. “Kami berusaha mengintegrasikan nilai karakter melalui sosiodrama,” ujar dia.

Advertisement

Sementara itu, salah satu penonton bernama Evi Enika Rahmawati mengaku antusias menyaksikan drama musikal. Dia dan teman-temannya sering tertawa ketika ada adegan lucu. Meski demikian, dia tetap bisa mengambil hikmah kisah yang disajikan. “Enggak boleh mencontek dan jahat sama teman,” ucap siswa SD Negeri 2 Pengasih itu.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif