SOLOPOS.COM - Contoh Buah Melon Tacapa yang dikembangkan FB UGM. (Foto istimewa)

Mahasiswa UGM mengembangkan benih melon yang bisa ditanam di lahan kritis karst

Harianjogja.com, SLEMAN –  Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada mengembangkan benih melon yang bisa tumbuh di lahan kritis karst. Benih melon ini mereka beri nama Tacapa.

Promosi Pemimpin Negarawan yang Bikin Rakyat Tertawan

Melon Tapaca memiliki dua varietas, yaitu Tacapa Green Black dengan ciri warna kulit hitam gelap dan Tacapa Silver dengan ciri warna kulit putih keperakan. Melon Tacapa memiliki ukuran yang besar dengan berat rata-rata berkisar antara 1,7 sampai dengan 3,2 kg.

Peneliti melon UGM, Budi Setiadi Daryono mengatakan karyanya ini akhirnya mendapatkan pengakuan dari Menteri Pertanian melalui Direktur Jendral Holtikultura. Mereka mengeluarkan Surat Keputusan (SK) Pemberian Tanda Daftar Varietas Tanaman Holtikultura untuk Melon Unggul Tacapa hasil penelitian Fakultas Biologi UGM.

“Akhirnya, melon Tacapa berserta benihnya sudah legal diperdangkan di Indonesia dan melon ini harus terus dikembangkan untuk memperkuat kedaulatan benih Indonesia. Diharapkan melon ini menjadi salah satu produk melon produk Indonesia yang unggul dengan daging buah hijau, sehingga dapat mengurangi ketergantungan benih import,” kata Budi.

Budi menambahkan Melon ini memiliki sejumlah keunggulan yaitu tahan terhadap jamur tepung penyebab powdery mildew dan potensial untuk dikembangkan di lahan kritis karst dalam upaya konservasi lahan.

“Melon ini dapat dibudidayakan menggunakan media tanam abu vulkanik. Jadi sangat cocok untuk DIY yang memiliki beberapa lokasi karst dan abu vulkanik,” tutur peneliti melon itu.

Dia menambahkan, ketahanan melon Tacapa khususnya terhadap jamur tepung dapat meminimalisasi penggunaan pestisida selama proses penanaman. Maka hal ini bisa memperkecil kemungkinan adanya residu pestisida dalam buah melon.

Biasanya, untuk mendapatkan hasil panen yang bagus tidak sedikit petani melon menggunakan pestisida untuk mencegah kerusakan atau pembusukan pada tanaman. Menurut Budi penggunaan pestisida pada komoditas pertanian yang berlebihan menimbulkan potensi bahaya bagi kesehatan petani dan konsumen.

“Akibat mengkonsumsi produk hortikultura yang mengandung residu pestisida, maka konsumen dapat terkena gangguan kesehatan seperti kanker, Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) pada anak, gangguan sistem saraf dan melemahkan sistem kekebalan tubuh,” papar dosen Fakultas Biologi itu.

Budi menjamin melon ini minim residu pestisida dan bebas ethrel. Melon Tacapa tidak membutuhkan intensitas penyemprotan fungisida yang tinggi karena sudah memiliki gen ketahanan terhadap jamur tepung.

Seperti diketahui, secara alami tumbuhan menghasilkan etilen pada proses respirasi buah, daun dan jaringan lainnya di dalam tanaman, sehingga hormon ini dapat mempercepat pemasakan buah. Saat ini etilen hasil sintetis (buatan manusia) banyak yang beredar dan diperdagangkan bebas dalam bentuk larutan ethrel. Ethrel inilah yang dalam praktik sehari-hari banyak digunakan oleh petani melon untuk mempercepat proses pemasakan buah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya