SOLOPOS.COM - Ibu Korban Sri Handayani saat menunjukkan medali milik putranya Syaits Asyam saat memenangkan kejuaraan riset dan penelitian tingkat Internasional yang berlangsung di Belanda beberapa tahun silam. (Yudho Priambodo/JIBI/Harian Jogja)

Mahasiswa UII meninggal saat Pendidikan Dasar (Diksar) The Great Camping XXXVII yang digelar Mahasiswa Pecinta Alam

Harianjogja.com, SLEMAN-Syam Syaits sempat menuturkan peristiwa yang dialaminya sat Pendidikan Dasar (Diksar) The Great Camping XXXVII yang digelar Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Islam Indonesia (Mapala Unisi) di Lereng Gunung Lawu, Karanganyar, 14- 21 Januari lalu.

Promosi Nusantara Open 2023: Diinisiasi Prabowo, STY Hadir dan Hadiah yang Fantastis

Asyam menjadi korban tewas dalam kegiatan tersebut. Ibunda Asyam, Sri Handayani menuturkan peristiwa saat pertama kali ia bertemu anaknya usai kegiatan.

Saat itu Sabtu (21/1/2017) pukul 22.30 WIB Sri ditelepon oleh panitia. Dalam percakapan telepon tersebut ia diberitahu bahwa Asyam ada di rumah sakit Bethesda karena sakit. Kemudian pukul 23.30 WIB malam Sri baru sampai di rumah sakit.

“Pertama saya masuk ruangan saya langsung menangis melihat kondisi anak saya. Saat itu bahkan dokter berkata kondisinya sudah sangat parah. Dokter bilang meski Asyam susah bernafas dia berpesan manfaatkan waktu untuk mengajak komunikasi Asyam,” kata Sri, ditemui di rumahnya, Senin (23/1/2017).

Betul saja, bertemu dengan Ibundanya Asyam seolah-olah ingin mengungkapkan semua perasaannya, ia meminta selembar kertas dan sebuah pulpen. Dalam kertas tersebut Asyam menuliskan beberapa kejadian yang dia alami saat diksar.

“Dia menulis kalau punggungnya dipukuli pakai rotan sebanyak sepuluh kali oleh senior bernama Yudhi, dia juga berkeluh jika lehernya sangat sakit karena disuruh membawa air dengan ember yang digantung di leher, selain dipukul punggungnya juga di injak,” jelas Sri.

Secara kasat mata, kata Sri, tangan anaknya juga penuh dengan luka goresan. Saat ditanyakan kepada korban, dia hanya memberi keterangan pohon berduri.  “Dia hanya berkata pohon berduri, entah maksudnya apa. Lalu saya suruh dia mensudahi ceritanya karena saya tidak tega melihat kondisinya dan karena dia harus minum obat saat itu,” timpanya.

Selain luka yang terlihat, berdasarkan keterangan dari dokter usai melakukan pemeriksaan di tubuh jenazah saat sudah meninggal dikatakan bahwa organ tubuh korban bagian paru-paru juga mengalami luka lebam, hal tersebutlah yang membuat rasa sakit ketika Asyam bernafas.

Sementara untuk penyakit bawaan sewaktu kecil Asyam memang sempat terkena sakit fleks, namun penyakit itu sudah sembuh. Dewasa ini mungkin hanya Asam Lambung yang disebabkan karena Asyam sering telat makan.

“Yang jelas melihat kondisi terakhir Asyam parasnya terlihat bagus, Asyam terlihat siap untuk menghadap yang kuasa. Saya Ikhlas,” pungkas Sri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya