SOLOPOS.COM - Proses evakuasi seorang mahasiswa asal Fakultas Kedokteran UNS yang terjatuh di Luweng Braholo di Kalurahan Purwodadi, Tepus. Minggu (26/3/2023). - Istimewa/Poslek Tepus

Solopos.com, GUNUNGKIDUL — Seorang mahasiswa pecinta alam (Mapala) dari Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) meninggal dunia setelah terjatuh di Luweng Braholo, Kalurahan Purwodadi, Kapanewon Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Ternyata Luweng Braholo ini menjadi salah satu luweng favorit yang digunakan untuk kegiatan mahasiswa pecinta alam.

Promosi Timnas Garuda Luar Biasa! Tunggu Kami di Piala Asia 2027

Ulu-Ulu Kalurahan Purwodadi, Suroyo, mengatakan di kalurahannya ada delapan luweng lain yang kerap digunakan untuk kegiatan Mapala. Selain Luwng Braholo, juga ada Luweng Pelelen, Belik, Nglibeng, Gebyok, Jurug, Mbomo, dan Tebasan.

Dia menyampaikan sembilan luweng ini kerap digunakan untuk kegiatan penyusuran. Namun, untuk aktivitas susur luweng paling banyak berada di Luweng Nglibeng dan Pelelen.

Masing-masing luweng, kata dia, memiliki kedalaman yang berbeda-beda. Berdasarkan pendataan, Luweng Braholo menjadi salah satu luweng yang terdalam di Purwodadi.

“Dengan kedalaman sekitar 37 meter [Luweng Braholo], maka menjadi salah satu luweng terdalam di kalurahan kami,” katanya, Senin (27/3/2023).

Dia menyampaikan kejadian kecelakaan di Luweng Braholo menjadi pelajaran bersama. Dalam aktivitas penyusuran diminta untuk lebih berhati-hati dan terus memperhatikan sisi keamanan.

Selain itu, Suroyo meminta kepada para penjelajah agar meminta izin ke kalurahan pada saat akan menyusuri luweng di Purwodadi.

Ia tidak menampik, selama ini sudah banyak kegiatan mahasiswa pecinta alam yang mengajukan izin sebelum penyusuran, tapi ada juga yang langsung datang tanpa memberi pemberitahuan.

“Kalau kegiatan formal banyak yang izin. Tapi, kalau pribadi kebiasaan belum izin. Harapannya, semua kegiatan penyusuran bisa diberitahukan kepada kami,” ujarnya.

Hal tak jauh berbeda diungkapkan oleh Jogoboyo Kalurahan Purwodadi, Yanto. Menurut dia, izin ini sangat penting karena tidak hanya sebagai pemberitahuan, tapi juga sebagai upaya pemantauan dan saat terjadi sesuatu hal bisa memberikan pertolongan.

“Kalau yang kemarin [kegiatan di Luweng Braholo yang mengakibatkan satu mahasiswa meninggal] belum tahu karena kebetulan sedang mengurusi anak yang sedang sakit. Tapi, harapannya semua bisa izin,” katanya.

Yanto menambahkan izin sebelum penyusuran tidak hanya ke kalurahan maupun polsek. Pasalnya, ia mengimbau agar meminta izin ke tetua di dusun tempat luweng berada.

“Misalnya Luweng Braholo berada di Dusun Ngandong, maka izinnya ke orang yang dituakan disana. Istilahnya kulo nuwun agar aktivitas berjalan dengan lancar,” katanya.

Berita ini telah tayang di Harianjogja.com dengan judul Tak Hanya Braholo, Ada 8 Luweng di Tepus Jadi Tempat Kegiatan Mapala

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya