Jogja
Kamis, 10 Agustus 2023 - 21:22 WIB

Mampu Mengaliri 15.734 Hektare Sawah, Ternyata Ini Hulu Selokan Mataram Jogja

Abdul Jalil  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Selokan Mataram Jogja. (jogjaprov.go.id)

Solopos.com, JOGJA — Salah satu aset bersejarah yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta yang hingga kini masih dirasakan manfaatnya oleh masyarakat adalah Selokan Mataram. Kanal legendaris bernama Selokan Mataram ini ternyata memiliki hulu di bendungan yang ada di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Selokan Mataram ini memiliki panjang sekitar 30,8 kilometer yang mengairi areal pertanian seluas 15.734 hektare. Kanal ini juga menjadi saksi bisu seorang raja yang ingin menyelamatkan rakyatnya dari kerja paksa atau romusha yang dilakukan penjajah Jepang kala itu.

Advertisement

Dikutip dari indonesia.go.id, Kamis (10/8/2023), selokan yang membelah wilayah Yogyakarta ini membentang dari timur ke barat yang menghubungkan Sungai Opak dan Sungai Progo. Selokan Mataram ini berhulu di Sungai Progo, tepatnya di Bendungan Karang Talun. Bendungan ini sendiri berlokasi di Desa Bligo, Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang.

Bendungan Karang Talun yang menjadi hulu Selokan Mataram Jogja ini memiliki tinggi 20 meter. Lokasi bendungan ini berada di perbatasan antara Magelang dan Kabupaten Kulonprogo.

Advertisement

Bendungan Karang Talun yang menjadi hulu Selokan Mataram Jogja ini memiliki tinggi 20 meter. Lokasi bendungan ini berada di perbatasan antara Magelang dan Kabupaten Kulonprogo.

Di sisi kanan dan kiri bendungan itu dibangun tangga berundak yang difungsikan sebagai fasilitas jalan inspeksi. Bendungan yang dibuat tahun 1909 itu menjadi pertemuan dua saluran irigasi, yaitu Selokan Mataram dan Saluran Van der Wijck sepanjang 17 kilometer. Meski demikian Saluran Van der Wijck juga dikenal sebagai sebagai Selokan Mataram II, hal ini karena sumber airnya sama-sama dari Sungai Progo.

Bendungan yang menjadi hulu Selokan Mataram itu mempunyai empat pintu air warna biru yang berfungsi memecah arus dari Sungai Progo. Setiap pintu air mempunyai bantaran yang memanjang sekitar 10 meter dengan menyesuaikan hulu Selokan Mataram yang berbelok kurang lebih 35 derajat. Di bantaran tersebut juga dibangun kincir kecil sebagai sumber pembangkit listrik mikrohidro di dusun tersebut.

Advertisement

Ada pintu keluar air di Krajan yang memanjang sekitar 300 meter sebelum bertemu Bendungan Karang Talun untuk bergabung dengan saluran Van der Wijck. Selokan Mataram membelah Yogyakarta yang melintasi dari ujung barat Sleman hingga paling timur. Semakin ke hulu, Selokan Mataram semakin lebar, antara 2 meter sampai 6 meter dan mampu mengairi 15.734 hektare persawahan di sepanjang alirannya.

Di sisi barat, aliran air di Selokan Mataram itu mampu mengairi Kecamatan Moyudan, Minggir, Seyegan, dan Mlati. Di utara, mengalami seluruh wilayah kecuali Kecamatan Tempel, Pakem, Turi, dan Ngaglik.

Di bagian selatan, air Selokan Mataram mengaliri persawahan Kabupaten Bantul dan sekitarnya serta daerah Prambanan, di wilayah timur.

Advertisement

Sejarah Selokan Mataram

Selokan Mataram dibangun pada masa Keraton Jogja dipimpin Sultan Hamengku Buwono IX. Waktu itu Sultan mengusulkan kepada Jepang agar rakyatnya dikerahkan untuk membangun saluran irigasi untuk menghubungkan Sungai Progo dan Sungai Opak. Alasannya supaya bisa menyetor lebih banyak hasil bumi sebagai logistik. Usulan dari Sultan tersebut kemudian diterima dan didanai Jepang. Proyek Selokan Mataram mulai dibangun pada 1944.

Dikutip dari jogjaprov.go.id, Sultan mengajukan usulan tersebut dengan harapan rakyatnya tidak disuruh melakukan kerja paksa atau romusha oleh penjajah Jepang. Meskipun dalam proyek tersebut, rakyat tetap mengerjakan proyek saluran air buatan itu. Setidaknya mereka tidak meninggal akibat kelaparan dan romusha. Ribuan orang kemudian dikerahkan untuk membuat saluran irigasi tersebut secara sukarela.

Advertisement

Pembangunan Selokan Mataram ini dibiayai Jepang sebanyak 1,6 juta gulden. Proyek ini juga melibatkan lebih dari 1,2 juta buruh yang diberi upah dan 68.000 pekerja sukarela.

Balai Pelestarian Cagar Budaya DIY mencatat Selokan Mataram pernah dinamai Gunsei Hasuiro atau Yosuiro oleh Jepang yang berarti irigasi pertanian.

Dalam suatu cerita, Selokan Mataram juga disebut Kali Malang untuk menahan jangan sampai ada rakyat yang diikutkan menjadi pekerja paksa atau romusha.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif