SOLOPOS.COM - Seorang wisatawan berfoto di dalam kerang mutiara raksasa yang menjadi salah satu wahana andalan wisata mangrove Pantai Pasir Kadilangu di Desa Jangkaran, Kecamatan Temon, Kulonprogo, beberapa waktu lalu. (Rima Sekarani I.N./JIBI/Harian Jogja)

Sejauh ini ada empat pengelola, yakni Kelompok Pasir Kadilangu, Kelompok Api-api, Kelompok Maju Lestari dan Wana Tirta

Harianjogja.com, KULONPROGO—Urusan konflik internal antar-pengelola kawasan mangrove jadi permasalahan yang masih menghambat pengembangan wisata di Pasir Kadilangu dan Pasir Mendit di Desa Jangkaran, Kecamatan Temon, Kulonprogo.

Promosi Bukan Mission Impossible, Garuda!

Dinas Pariwisata Kulonprogo pernah menggelar forum diskusi bersama untuk menggali masukan masyarakat mengenai kawasan hutan mangrove namun tidak semua pengelola kawasan hadir. Sejauh ini ada empat pengelola, yakni Kelompok Pasir Kadilangu, Kelompok Api-api, Kelompok Maju Lestari dan Wana Tirta.

“Dispar tidak bisa berbuat banyak ketika antar-pengelola wisata mangrove tidak akur dan tidak mau kerja sama. Pembuatan rencana induk kawasan hutan mangrove ditujukan untuk kepentingan mereka [pengelola wisata] ke depan setelah adanya New Yogyakarta International Airport,” ungkap Kepala Seksi Objek Daya Tarik Wisata Dispar Kulonprogo, Didik, Minggu (2/7/2017).

Koordinator Wana Tirta Warso menjelaskan sejak awal kelompoknya berkomitmen mengembangkan kawasan mangrove untuk kesejahteraan bersama. Ketika ada masalah antar-pengelola wisata mangrove, maupun dengan masyarakat Jogoboyo, Purworejo, pihaknya memilih menyikapinya dengan santai. “Selalu membuka pintu komunikasi dengan semua pihak, tapi tidak pernah menemukan solusi,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya