SOLOPOS.COM - Suasana kandang babi di kawasan Ngepet, Desa Srigading yang diprotes warga. Foto diambil Selasa (4/8/2015) siang. (JIBI/Harian Jogja/Arief Junianto)

Masalah lingkungan di sekitar kandang babi dikeluhkan warga.

Bisnis.com, BANTUL-Belum lagi selesai persoalan penertiban kandang ayam di kawasan Kecamatan Pundong, persoalan terkait keberadaan kandang unggas yang mengganggu warga kembali muncul. Kali ini yang dipersoalkan warga adalah keberadaan dua unit kandang babi di kawasan Ngepet, Desa Sri Gading, Kecamatan Sanden. (Baca Juga : POLEMIK KANDANG AYAM : Sentralisasi, Satu-Satunya Solusi)

Promosi Kisah Pangeran Samudra di Balik Tipu-Tipu Ritual Seks Gunung Kemukus

Seperti diakui Totok, salah satu warga, pihaknya mengaku terganggu dengan keberadaan kandang babi itu. Diakuinya, kandang babi yang sudah berdiri sejak 2 tahun terakhir itu sangat mengganggu aktivitas warga, terutama saat menggarap lahan meteka.

“Baunya itu lho yang saya tidak kuat,” ucapnya saat ditemui di lahan garapannya yang berada di sebelah selatan kandang, Selasa (4/8/2015).

Ia mengaku sudah kebingungan untuk menyikapi keberadaan kedua kandang itu. Pasalnya, dari hasil rembug warga, pihaknya sudah sempat melayangkan surat bernada protes kepada pemerintah desa dan kecamatan. Bahkan diakuinya, pihak pemerintah kabupaten (Pemkab) Bantul juga sudah pernah melakukan mediasi. “Tapi mana, nyatanya sampai sekarang kandang itu masih beroperasi,” keluhnya.

Sudarmanto, warga lainnya pun mengeluhkan hal yang sama. Saat musim kemarau seperti ini, ia mengeluhkan bau tak sedap semakin tajam lantaran angin yang bertiup cukup kencang. Itulah sebabnya, jika angin sedang bertiup ke utara, maka bau tak sedap itu praktis tercium oleh warga yang ada di permukiman yang berjarak sekitar satu kilometer dari kandang. “Bahkan tidak jarang lo ada warga yang sampai enggan beraktivitas di lahan karena tidak tahan baunya,” ucapnya.

Sedangkan saat musim hujan, bau yang tak sedap itu semakin menyiksa warga. Terlebih ditambah kerap melubernya belatung yang bersumber dari kotoran dan makanan babi ke areal lahan. Diakuinya, tak jarang pula warga yang mengeluh gatal pada kakinya setelah tanpa sengaja menginjak belatung-belatung itu.

Tak berizin
Terpisah Kepala Desa Srigading Wahyu Widodo memastikan kedua unit kandang babi yang masing-masing seluas kurang lebih 1.500 dan 500 meter persegi itu belum berizin. Meski begitu, ia mengaku kesulitan untuk memaksa penutupan kandang babi itu. Alasannya adalah pemilik kandang tersebut mengaku belum mendapatkan keuntungan apapun dari usahanya.

Itulah sebabnya, pihak pemerintah desa lantas memberikan kelonggaran kepada pemilik kandang babi itu untuk tetap menjalankan usahanya. Hanya saja, dengan tegas ia melaran pemilik kandang untuk memperluas area usahanya. “Susah juga. Mau dipaksa tutup, katanya belum balik modal. Akhirnya, ya saya izinkan terus berjalan, tapi jangan sampai menambah luasan areal usahanya,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya