SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/dok)

Masalah sosial bisa muncul pada keluarga yang mengabaikan lansia

Harianjogja.com, SLEMAN– Peran keluarga untuk memberikan semangat dan mengembangkan potensi yang dimiliki para lansia sangat dibutuhkan. Selain untuk meningkatkan potensi lansia, dengan mengikuti kegiatan-kegiatan lansia, mereka masih bisa produktif.

Promosi Kanker Bukan (Selalu) Lonceng Kematian

Kepala Badan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Masyarakat dan Pemberdayaan Perempuan (KBPMPP) Sleman Nurulhayah mengatakan, Kelompok Bina Keluarga Lansia ini, merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan keberdayaan dan kesejahteraan lansia. Kegiatan yang dilakukan diharapkan dapat memotivasi para lansia untuk terus aktif, mandiri dan sejahtera.

Nurul mengatakan, penduduk lanjut usia menghadapi berbagai perubahan dalam hidupnya baik fisik, psikis, sosial, dan ekonomi. Kondisi tersebut memerlukan kesiapan keluarga lansia itu sendiri atau keluarga yang mempunyai lansia.

Para lansia bisa diikutkan dalam kelompok kegiatan Bina Keluarga Lansia (BKL). “Jumlah lansia semakin meningkat. Maka perhatian terhadap lansia semakin ditingkatkan agar keluarga berkualitas dan sejahtera bisa terwujud,” harapnya, Kamis (14/4/2016).

Diakuinya, sebagian lansia di Sleman masih banyak yang aktif dalam berbagai kegiatan atau paguyuban. Hal ini menunjukkan, para lansia masih mampu berkarya dan memiliki hidup yang berkualitas.

Pendampingan kelompok Usaha Ekonomi Produktif Lanjut Usia (USEP Lanjut Usia) diharapkan semakin mendorong para lansia untuk terus semangat, produktif dan berkarya. “Usia lanjut bukan halangan untuk tetap produktif.

Untuk meningkatkan peran kelurga dalam membina Lansia, kami tengah melakukan berbagai pembinaan dan kegiatan di dalam BKL,” ujar Nurul.

Berdasarkan data Badan KBPPPM Sleman, saat ini jumlah BKL mencapai 202 kelompok dengan jumlah anggota 7.490 orang. Dari jumlah tersebut, 5.172 orang berstatus PUS (pasangan usia subur).

Dari jumlah PUS tersebut sekitar 30% atau 1.564 orang menjadi peserta KB. “Besarnya jumlah penduduk lansia ini menyebabkan tumbuhnya kelompok-kelompok dan paguyuban lansia,” urainya.

Saat ini jumlah kelompok atau paguyuban lansia di Sleman mencapai 838 kelompok. Dari jumlah tersebut sebanyak 626 kelompok mendapatkan pembinaan langsung dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman.

Sisanya, yakni 212 kelompok melaksanakan kegiatan secara mandiri. “Kegiatan BKL biasanya terkait penyuluhan kesehatan, olah raga, dan juga pemberdayaan ekonomi,” tandas Nurul.

Untuk menangani persoalan yang dihadapi para lansia, pihaknya menerapkan dua hal pokok. Selain keluarga lansia, yang menjadi perhatian juga lansia sendiri. Untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga, para lansia tersebut diikutkan dalam kegiatan pemberdayaan, pembinaan dan pengembangan potensi bagi lansia.

“Keluarga harus mampu memahami apa dan bagaimana perlakuan kita terhadap lansia. Keluarga harus dapat mengerti kebutuhan lansia dibidang kesehatan dan psikologis. Untuk itu diperlukan pemahaman anggota keluarga yang mempunyai lansia,” katanya.

Sementara, Ketua Tim Evaluasi kegiatan BKL DIY Rohdiana Sumariati mengatakan, untuk wilayah Sleman terdapat padukuhan Parakan Wetan Sendangsari Minggir dapat menjadi contoh aktivitas sebagai wadah kegiatan bagi keluarga lansia. “Di sana, keluarga yang memiliki lansia berusaha meningkatkan kegiatan dan keterampilan keluarga dalam memberikan pelayanan, perawatan, dan pengakuan yang layak,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya