SOLOPOS.COM - Ilustasi pendidikan (JIBI/Dok)

Angka buta aksara di DIY masih mencapai 29.000 warga

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Sebagai kabupaten dengan tingkat buta aksara tertinggi di DIY, Kabupaten Gunungkidul terus melakukan upaya pemberantasan buta aksara. Pemkab melalui Dinas Pendidikan dan Olahraga (Disdikpora) menargetkan 2.000 warga terbebas dari buta aksara hingga akhir 2017.

Promosi Yos Sudarso Gugur di Laut Aru, Misi Gagal yang Memicu Ketegangan AU dan AL

Sekretaris Disdikpora, Gunungkidul, Bahron Rasyid menyatakan secara bertahap sejak 2015 pihaknya terus menekan angka buta aksara di Gunungkidul. Tercatat pada 2014 di Gunungkidul angka buta akasara berjumlah 15.548 orang.

“Pada 2015 kami menuntaskan 3.740 warga dan 2016 itu 10.078 warga. Sehingga tinggal 2.000 lagi,” ujarnya saat acara serah terima surat keterangan melek akrasa (Sukma) di Bangsal Sewoko Projo, Kecamatan Wonosari, Selasa (31/1/2017).

Dia menargetkan sebanyak 2.000 warga buta aksara tersebut akan melek aksara pada akhir 2017 mendatang. Lanjutnya lagi, semua telah dipersiapkan, termasuk dana untuk program pengentasan buta aksara juga telah telah dianggarkan. Sehingga kata dia tinggal pelaksanaanya saja.

Bahron mengaku optimis. Pasalnya pada 2015 saja pihaknya mampu menuntaskan 10.000 warga buta aksara. Sehingga untuk menuntaskan 2.000 warga dari buta aksara dinilainya tak akan menjadi kendala.

Kendati demikian pihaknya mengaku tetap membutuhkan bantuan semua pihak, yakni seluruh SKPD hingga pemerintah desa untuk mencapai target tersebut.

Sementara itu, Kepala Bidang Pendidikan Nonformal dan Infromal, Disdikpora DIY, Mulyati Yuni Pratiwi mengatakan, di DIY sendiri terdapat sekitar 29.000 warga yang masih buta aksara. Dan lebih dari 50% di antaranya terdapat di Gunungkidul. “Sampai akhir 2017 mendatang kami menargetkan 95% warga sudah terbebas dari buta aksara,” ungkapnya.

Menurut catatan Disdikpora DIY warga yang belum melek aksara, sebanyak 70% di antaranya berusia 60 tahun ke atas. Sedangkan dari jumlah tersebut, 60% di antaranya adalah berjenis kelamin perempuan. Sehingga menurutnya perlu adan penyadaran lebih terhadap kaum perempuan.

Selain itu, Mulyati mengatakan, ribuan warga yang telah dinyatakan melek aksara dan telah mendapatkan Sukma harus tetap menjaga kemampuanya. Salah satunya adalah dengan mempraktekkan membaca dan menulis dalam kehidupan sehari-hari. Pasalnya menurut dia, tidak sedikit warga yang kembali buta aksara lantaran tidak mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Lanjutnya lagi, pemerintah juga harus berperan melalui program keaksaraan usaha mandiri guna mendorong agar tidak lagi menjadi buta aksara. “Mereka harus bisa menulis dan membaca tiga kalimat sederhana. Berhitung tiga digit dan berkomunikasi sederhana dengan menggunkan Bahasa Indoensia, sebagai indikator mereka melek aksara,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya