SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Masjid Gedhe Kauman Jogja merupakan salah satu masjid tertua di Jogja peninggalan sejak jaman Sultan Hamengku Buwono I.

Masjid Kauman Jogja ini adalah masjid tertua yang dibangun oleh Sultan Hemengku Buwono I dengan gaya khas arsitektur Jawa. Masjid ini merupakan persembahan khusus Sultan kepada kaum duafa.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Di bagian sisi selatan masjid bergaya tradisional Jawa ini, terdapat fasilitas mandi dan mencuci untuk kaum duafa yang tidak memiliki tempat tinggal. “Sultan ingin melihat rakyatnya hidup layak. Bahkan, ketika mereka tinggal disana, kebutuhan makanan pun akan dipenuhi oleh masjid,” katanya.

Selain membangun fasilitas bagi kaum dhuafa, di seputaran masjid dibangun fasilitas bagi pengurus masjid. Paraulama, khotib, serta abdi dalem diberi fasilitas perumahan di sekitar masjid yang diberi nama Kauman, yang berarti tempat para kaum. Sedangkan untuk penghulu keraton dan keluarga Sultan menyediakan perumahan di sisi utara yang dinamakan Pengulon.

Dari bentuk arsitektur, masjid Gedhe Kauman mempunyai keunikan khas yang tidak dipunyai oleh masjid lainnya. Masjid yang dibangun pada 1773 ini tidak memiliki kubah tetapi mustaka berbentuk daun kluwih dan gadha yang ditopang oleh tiang-tiang dari kayu jati Jawa. Atap masjid yang bersusun tiga ini bernama Tajuk Lambang Teplok.

“Atap masjid yang bertingkat itu memiliki filosofi tentang tiga tingkatan mencapai kesempurnaan hidup, yakni hakekat, syariat dan marifat,” terang pengelola Masjid Kauman Waslan Aslam kepada Harian Jogja belum lama ini.

Waslan juga menyebut keunikan lain Masjid terletak pada dinding dari batu putih dan lantai dari batu hitam. Kompleks Masjid Gedhe Kauman secara keseluruhan memiliki luas 16.000 meter persegi. Masjid ini mempunyai dua bagian utama, ruang salat utama dan serambi Al Makalah Al Kabiroh.Adajuga Pagongan di sebelah utara dan selatan halaman luar masjid yang merupakan tempat gamelan.

“Jamaah yang datang ke masjid ini diharapkan dapat berbuat baik kepada sesama. Harapan ini sudah muncul ketika pengunjung menginjakkan kaki di depan pintu gerbang masjid,” katanya.

Gerbang yang dikenal dengan nama Gapuro ini berbentuk Semar Tinandu yang melambangkan seorang punakawan yang tugasnya mengasuh, menjaga, dan memberi teladan yang baik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya