SOLOPOS.COM - Karya desainer Caroline Rika yang ditunjukkan di The Phoenix Hotel, Jogja, Senin (11/1/2016). (Kusnul Isti Qomah/JIBI/Harian Jogja)

Masyarakat Ekonomi ASEAN disambut oleh pengusaha di Indonesia, termasuk desainer pakaian

Harianjogja.com, JOGJA—Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ditanggapi secara positif oleh beberapa desainer di DIY. Namun, MEA juga menuntut mereka untuk lebih profesional.

Promosi Ijazah Tak Laku, Sarjana Setengah Mati Mencari Kerja

Sebut saja Caroline Rika, pemilik dari Wiru Handmade Tie Dye and Batik. Ia mengaku saat ini, belum merasakan bagaimana dampak begitu MEA dibuka. Ia belum mengetahui arah yang akan dituju. Namun, ia berusaha bersikap positif dalam menghadapi MEA.

“Harus lebih profesional saat hadapi MEA,”  ujar dia ketika ditemui di The Phoenix Hotel, Jogja, Senin (11/1/2016).

Ia menjelaskan, sikap profesional yang diambil misalnya dengan melakukan produksi dengan bahan yang alami. Pasalnya, untuk bisa diterima di pasar luar negeri, ada beberapa standar kualitas yang harus diperhatikan. Selain itu, untuk masuk ke pasar internasional, persyarakat lebih ketat.

“Misalnya, kalau saya kan juga bergerak di bidang tekstil, jadi saya harus memahami pengolahan limbah. Apakah mencemari lingkungan atau tidak,” kata dia.

Rika mengungkapkan, saat ini, ia menggunakan pengolahan limbah yang masih sederhana. Namun, ke depan, ia akan menggunakan proses pengolahan limbah yang lebih maju sehingga air olahan limbah tetap aman meskipun dimasukkan ke kolam ikan.

Selain itu, standar internasional juga memperhatikan penggunaan bahan yang alami atau toxic dan usia pekerja, dengan tidak mempekerjakan anak di bawah 16 tahun.

“Dunia internasional memperhatikan itu. Banyak yang enggak mau beli kain kalau ujungnya mengotori bumi. Di luar negeri lebih ketat,” ungkap dia.

Selain menuntut profesional yang tinggi, MEA juga membuka kesempatan yang lebih luas untuk ekspansi pasar. Ia mengakui, ada beberapa tawaran dari toko online di Singapura untuk menjualkan produknya. “Tapi, saya enggak tahu apakah itu memang karena MEA atau mereka memang seperti itu,” ujar dia.

Rika mengakui, produk kainnya kerap digunakan desainer luar negeri. Ia tidak takut akan dijiplak karena ia memakai teknik tradisional dalam membuat  produk. Ia meyakini, negara lain pun memiliki cara tradisional sendiri sehingga memiliki keunikannya sendiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya