SOLOPOS.COM - Maryanto dan Rodiyah (JIBI/Harian Jogja/Joko Nugroho)

Maryanto dan Rodiyah (JIBI/Harian Jogja/Joko Nugroho)

Maryanto, 50, tak menyangka mendapat kejutan. Pasalnya, saat mau menikahkan anak di Kantor Urusan Agama (KUA) Ngaglik, warga Dusun Ngalangan, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman malah diminta menikah secara resmi juga.

Promosi Skuad Sinyo Aliandoe Terbaik, Nyaris Berjumpa Maradona di Piala Dunia 1986

Permintaan KUA itu lantaran Maryanto menikah siri dengan istrinya Rodiyah, 39. “Dua minggu lalu saya mengurus surat-surat pernikahan anak saya yang perempuan. Saya minta ada wali dari KUA karena saya dengan istri masih nikah siri.”

“Pegawai KUA Ngaglik malah menawari agar saya mau ikut nikah massal,” urai Maryanto tentang asal muasal mengikuti nikah massal di Kecamatan Ngaglik, Sabtu (12/5).

Maryanto mengaku kaget mendengar tawaran itu, meski demikian anaknya bisa menikah pada 29 April 2012 sedangkan dirinya menikah pula pada 12 Mei 2012.

“Lega akhirnya bisa menikahkan anak dan saya sendiri juga dinikahkan negara. Bahkan untuk pernikahan saya ini, saya tidak  mengurus apapun dan tidak mengeluarkan duit sedikitpun,” jelasnya.

Maryanto mengaku pernikahan siri dilakukan sejak bekerja di Cilegon, Jawa Barat pada 1990. Waktu itu, di Cilegon nikah siri menjadi sesuatu yang wajar.

“Dampak nikah siri itu banyak, salah satunya saya susah bikin akta buat anak saya. Selama ini akta anak saya dituliskan nama orangtua hanya istri saya. Saya terpaksa membuat akta lahir anak saya seperti itu agar bisa sekolah,” jelasnya.

Meski mengaku lega menikah resmi, Maryanto sempat keberatan saat diminta memakai baju beskap saat mengikuti nikah massal di KUA Ngaglik.

Lha saya hari ini baru saja bantu ngecor rumah tetangga. Sampai di kecamatan diminta dandan. Bingung lho mas, saya pikir nikah massal itu ya pakai baju rapi saja cukup ternyata harus dandan segala. Opo meneh iki untu wis ompong, yen senyum ketok elek malahan,” tutur Maryanto sembari tergelak.

Sementara itu Rodiyah mengaku senang akhirnya suaminya bisa dandan rapi selayaknya pengantin. Sebab sejak menikah siri dulu, Maryanto terkenal cuek dengan pakaian yang dikenakan.

“Kelihatan ganteng mas bojoku. Lha biyen nikah siri wae hanya pakai kemeja putih polos. Di suruh pakai jas kalau tidak mau baju adat juga menolak. Jawabane mesti, gelem ngene ra gelem yo wis. Hari ini bojoku bedo tenan,” kata Rodiyah.

Menikah secara resmi juga dijalani Hadi Sutrisno, 80, warga Triharjo, Sleman, Sleman yang menikahi Siti Istikomah, 57. Hadi mengaku menikah siri dengan Siti sejak 1980 silam.

“Jadi ya sudah 32 tahun lalu saya menikah tapi belum dianggap sah sama negara. Nah sekarang sudah sah, tapi saya tidak mau nambah anak lagi lho,” kata Hadi yang menambahkan biasanya menikah itu untuk mendapatkan keturunan.

Hadi mengaku tidak pernah bisa memproses nikah secara negara karena terbentur adanya biaya. Dia mengaku ingin berusaha sendiri untuk membiayai pernikahannya itu.

Nikah massal di Ngaglik akhir pekan lalu itu digelar sebagai rangkaian perayaan HUT Sleman. Sebanyak empat pasangan dinikahkan gratis dalam kegiatan tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya