SOLOPOS.COM - Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Rifky Effendi Hardjanto (tengah) bersama Bupati Sleman Sri Purnomo, Asek Bidang Perekonomian dan Pembangunan Provinsi DIY, Sigit Sapto Raharjo dan Direktur Ponpes MBS Prambanan, Fajar Sadik saat panen perdana budidaya ikan lele sistem bioflok di Ponpes Modern Muhammadiyah Boarding School (MBS) Prambanan Sleman, Jumat (13/10/2017). (Harian Jogja/Abdul Hamid Razak)

Dengan dua unit bisa hasilkan panen 7,2 ton maka keuntungan bersih yang diraup bisa Rp35 juta per siklus

Harianjogja.com, SLEMAN-Hanya membutuhkan lahan terbatas, penerapan budidaya ikan bioflok dapat jadi alternatif bagi warga. Kondisi tersebut sangat cocok dilakukan warga perkotaan.

Promosi Ada BDSM di Kasus Pembunuhan Sadis Mahasiswa UMY

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto menjelaskan, secara ekonomi budidaya lele bioflok sangat menguntungkan petani. Sistem tersebut diharapkan dapat memicu kesinambungan usaha masyarakat.

Perhitungan kasarnya, dengan dua unit bisa hasilkan panen 7,2 ton maka keuntungan bersih yang diraup bisa Rp35 juta per siklus. Dia berharap ada kesinambungan usaha dengan melakukan reinvestasi sehingga kapasitas usaha ini akan semakin besar.

“Ratio pendapatan terhadap biaya produksi minimal 1,5. Artinya sudah dipastikan usaha ini sangat layak”, jelas Slamet saat mengunjungi Kelompok Ngupoyo Mino Tegaltirto Berbah, Jumat (13/10/2017).

Baca juga : Menguntungkan, KKP Kembangkan Sistem Bioflok di Pesantren dan Seminari

Tahun 2017 ini, Pemerintah mendorong pengembangan bioflok nasional sebanyak 203 unit usaha di 88 Kabupaten/Kota yang tersebar di 27 Provinsi. Target sasaran sebanyak 168 pondok pesantren, yayasan, lembaga pendidikan, koperasi, dan lembaga keagamaan dengan nilai anggaran sebesar Rp40,6 miliar.

Melalui program lele bioflok ini, Pemerintah menargetkan antara lain penyediaan produksi ikan sebesar 3.897 ton per tahun dengan nilai ekonomi mencapai Rp62,3 miliar per tahun. Selain itu, ada peningkatan pendapatan petani Rp7.000 per kg dan penyerapan tenaga kerja hingga 2.030 orang.

Bahkan, program ini diklaim mampu meningkatkan tingkat konsumsi ikan bagi  warga pondok pesantren dari semula 9 kg per kapita/tahun menjadi sedikitnya 15 kg/kapita/tahun.”Program ini juga sebagai pemberdayaan dan media pembelajaran bagi sekitar 157.000 santri,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya