SOLOPOS.COM - JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto Tersangka pembunuhan terhadap Nanda Amalia Setyowati (15) menggotong tubuh korban saat melakukan reka ulang kejadian yang digelar di tempat kejadian perkara di TK Tunas Wisata, Ambarukmo, Catur Tunggal, Depok, Sleman, Selasa (16/07/2013).

JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto
Tersangka melakukan adegan memukul korban dengan beton cor dalam reka ulang kejadian yang digelar di tempat kejadian perkara di TK Tunas Wisata, Ambarukmo, Catur Tunggal, Depok, Sleman, Selasa (16/07/2013).

Harian Jogja.com, SLEMAN – Polres Sleman menggelar rekonstruksi pembunuhan Nanda Amalia Setyowati, 15, siswa SMP 3 Depok Selasa (16/7/2013) pagi. Dalam 59 adegan yang diperagakan, terungkap fakta korban sempat melawan hingga titik darah penghabisan.

Promosi 204,8 Juta Suara Diperebutkan, Jawa adalah Kunci

Selain juga terkuak sejumlah fakta. Salah satunya tersangka DG sempat salah menusuk paha YS saat mengarahkan pisaunya ke tubuh korban.

Dalam rekonstruksi pelaku pembunuhan diperankan langsung oleh empat tersangka yakni YS, DG, SS dan AY serta dua saksi EP dan DK kelimanya masih dibawah umur. Sedang korban diperagakan oleh Dian dari Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jogja.

Rekonstruksi dilakukan pada dua lokasi yakni di halaman luar TK Tunas Wisata dan halaman dalam gerbang sekolah tersebut. Ratusan warga sejak pagi sudah datang ke lokasi untuk melihat.

Adegan awal tersangka YS naik motor di halaman TK kemudian berbicara dengan EP dan korban. Adegan awal ini merupakan saat sore hari ketika pelaku, korban dan saksi bertemu. Mengendarai sepeda motor YS kemudian keluar dari TK dan kembali masuk bersama tersangka YS dan SS.

Sebelumnya mereka sempat berbincang bertiga sambil duduk di luar gerbang dan masuk lagi ke dalam sekolah. Setelah ketiga tersangka dan satu saksi melakukan sejumlah adegan pembicaraan di halaman sekolah.

Saksi EP kemudian meninggalkan TK menuju kawasan taman belakang TK Tunas Wisata. Sementara DG dan korban berbicara berdua di samping luar pagar TK. Keduanya menghadap ke Timur.

Saat itulah proses pembunuhan keji dimulai. Ketika asyik berbincang, YS tiba-tiba memukul kepala Nanda dari belakang dengan batu. DG sempat jongkok menghindar saat hantaman batu itu diluncurkan tepat mengenai kepala korban. YS kemudian melompat keluar pagar dan menghampiri tubuh korban sembari membekap mulutnya.

 

Melawan

JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto
Tersangka pembunuhan terhadap Nanda Amalia Setyowati (15) menggotong tubuh korban saat melakukan reka ulang kejadian yang digelar di tempat kejadian perkara di TK Tunas Wisata, Ambarukmo, Catur Tunggal, Depok, Sleman, Selasa (16/07/2013).

Nanda yang sudah kepalanya sudah luka tidak menyerah dan mulai melakukan perlawanan luar biasa. Saat dibekap mulutnya, gadis yang memang memiliki keahlian karate sempat mengigit tangan YS yang saat itu sudah membawa pisau.

Dia juga terus berusaha melepaskan diri dari sekapan lawan. Hasilnya, pisau yang dibawa YS terjatuh.
DG kemudian mengambil pisau tersebut, dengan tangan kanannya ia menusukkan ke pinggang belakang korban.

Meski telah luka karena tusukan, Nanda tetap melawan. Hingga ketika DG hendak kembali menusuk justru salah sasaran dan mengenai paha belakang sebelah kiri YS. Tusukan itu masih terlihat membekas di paha YS saat polisi membuka pahanya.

Setelah kurang lebih lima menit Nanda melawan dua laki-laki itu, DG kembali menusukkan pisau mengenai pinggang kanan korban hingga pisau itu putus. Perjuangan Nanda pun mulai berakhir. Dia jatuh pingsan dengan darah bercucuran di mana-mana.

Selanjutnya DG memanggil SS untuk diajak mengangkat tubuh korban. Ketiganya mengangkat tubuh Nanda di atas pagar dan melemparkan tubuh korban ke dalam gerbang. Posisi korban jatuh tertelungkup.

“Setelah ini saya mengambil batu bersama dengan DG,” ujar YS memberikan penjelasan kepada aparat saat menjalani rekonstruksi.

Batu ukuran besar itu oleh YS dan DG dijatuhkan mengenai kepala korban. SS menendang tubuh korban. Kemudian ketiganya menyeret korban menuju depan pintu TK. Saat itu korban yang sudah tidak berdaya posisi tertelungkup hingga mengalami luka di wajah. YS dan DG masih menghantam kepala korban dengan batu hingga tewas saat di depan pintu kelas.

Di akhir-akhir adegan muncul tersangka AY yang membantu mengambilkan air dengan ember kemudian menyiramkannya ke tanah yang berceceran darah. Setelah itu muncul saksi DK dan diminta membantu membawa ember dan mencari air. Terakhir, EP datang setelah proses pembersihan. EP juga sempat melihat mayat korban yang tergeletak di depan pintu. Kelimanya pun berkumpul di depan sekolah tepatnya di sebelah tempat parkir.

Kapolsek Depok Barat Kompol Wachyu Tribudi menjelaskan awalnya adegan direncanakan hanya berjumlah 45 namun berkembang jadi 59 adegan. Hal itu karena banyaknya adegan penting yang harus dinomorurutkan sendiri. “Berkembang karena pengakuan para tersangka dia melakukan ini itu dan seterusnya tadi,” terangnya.

Kasatreskrim Polres Sleman AKP Heru Muslimin menambahkan saksi DK dihadirkankarena turut membantu mencari ember dan air. Hingga saat ini pihaknya masih mendalami peran bocah yang masih duduk di SD tersebut. “Nanti tergantung jaksa juga pertimbangannya, apakah bisa dijadikan tersangka. Dia [DK] memang ikut membantu tetapi dia tidak tahu saat itu,” ungkap Heru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya