Jogja
Senin, 15 Juli 2013 - 12:26 WIB

MAYAT ABG SLEMAN : Tokoh Idola Ikut Jadi Faktor Pemicu Remaja Bertindak Brutal

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Solopos/Dok)

JIBI/Harian Jogja/Solopos
Ilustrasi

Harian Jogja.com, SLEMAN – Psikiater dan pemerhati remaja, Ida Rochmawati menilai para pelaku dimungkinkan memiliki gangguan kepribadian yang antisosial. Hal itu memerlukan pemeriksaan lebih lanjut baik dari sisi psikologi maupun psikiatri.

Advertisement

“Banyak alasan mengapa seseorang terlibat tindak kriminal. Secara psikologis remaja dalam fase pencarian jati diri suatu fase untuk menemukan eksistensi dirinya. Pengaruh lingkungan sangat besar terutama teman sebaya,” terangnya, Minggu (14/7/2013).

Ia menambahkan para pelaku pada umumnya loyal pada kelompoknya dan ingin mendapat pengakuan akan tindakannya. Akan tetapi mereka masih belum bisa berpikir panjang akan akibat dari perbuatannya. “Mereka masih berpikir di sini dan sekarang, here and now,“ imbuhnya.

Dalam kasus itu, lanjutnya, perlu analisa lebih dalam faktor yang mendasarinya. Karena menurutnya terlalu simpel ketika keberanian mereka hanya dikaitkan dengan hobi menonton film gengster Korea.

Advertisement

Kendati demikian jika hal itu menginspirasi memang sangat dimungkinkan. Pengaruh media massa dan tokoh idola bisa jadi faktor pemicu akan cara pandang mereka meski hanya salah satu faktor saja.

“Ada pendapat unik dari Timothy Brezina dan Volkan Topali dari Georgia State University Criminal Justice. Bahwa semakin tinggi kecenderungan remaja berpikir mereka mati muda, makin tinggi pula kecenderungan untuk terlibat dalam aktivitas kriminal dan kekerasan,” jelas Ida.

Ia menyarankan karena karakteristik remaja lebih loyal dengan teman sebaya, orangtua perlu melakukan pendekatan yang lebih setara.

Advertisement

Dalam pola interaksi orangtua menempatkan diri sebagai teman yang nyaman diajak berdiskusi bukan selalu menyalahkan. Sehingga remaja mau terbuka dan orang dewasa bisa menyampaikan pesan serta mengawalnya tanpa ada kesan menggawasi.

Tak hanya itu, lanjutnya, perlu juga orangtua atau orang dewasa mengenal karakter teman dekat remaja dan melakukan pendekatan dengan komunitas remaja. Pasalnya komunitas tersebut biasanya akan lebih berpengaruh dari pada figur guru dan orangtua.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif