SOLOPOS.COM - Gunung Merapi (JIBI/Harian Jogja/dok)

Gunung Merapi (JIBI/Harian Jogja/dok)

SLEMAN—Guguran di puncak Gunung Merapi yang terjadi pada 15 Juli lalu merupakan titik kejelasan awal perubahan Merapi. Merapi diperkirakan akan sering mengeluarkan asap.

Promosi Selamat Datang Kesatria Bengawan Solo, Kembalikan Kedigdayaan Bhineka Solo

Menurut Kepala Pusat Vulkonologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Surono, guguran ini disebabkan kondisi puncak Merapi yang belum stabil karena tidak memiliki kubah lava.

“Karena kubahnya kini hilang maka akan sering terjadi guguran yang menimbulkan asap dan hujan abu. Namun ini bukan karena adanya desakan dari dalam tubuh Merapi, hanya dari atap saja yang jatuh,” kata Surono saat liburan di Pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM) Kaliurang, Rabu (1/8).

Menurutnya, Merapi yang sekarang ini akan sering mengeluarkan asap yang mengepul ke atas. Hal ini biasa saja dan warga tidak perlu kawatir sebelum Balai Penyelidikan dan Pengembangan Kegunungapian (BPPTK) mengeluarkan peringatan.

Surono menjelaskan, setelah ada guguran pada 15 Juli 2012, sudah ada kepastian Gunung Merapi saat ini berbeda. Menurut dia, letusan Merapi pada 2010 sangat berbeda, yakni diawali dengan letusan yang melontarkan ke atas. Sedangkan Merapi saat ini memiliki kubah yang tidak tertutup.

Surono menambahkan karena tanpa kubah, warga sekitar perlu waspada jika akan mendaki Merapi. Jika dahulu naik hingga dipuncak masih bisa dan merasa aman, kalau saat ini perlu berhati-hati.(ali)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya