Megaproyek Kulonprogo mendapatkan penolakan dari gabungan warga
Harianjogja.com, KULONPROGO – Paguyuban Petani Lahan Pantai (PPLP) dan Wahana Tri Tunggal (WTT) sepakat berkonsolidasi secara resmi dalam menolak sejumlah program pembangunan yang dirasa merugikan di kawasan pesisir Kulonprogo pada Selasa (10/5/2016).
Promosi Jaga Jaringan, Telkom Punya Squad Khusus dan Tools Jenius
Widodo, Humas PPLP menyatakan bahwa konsolidasi ini juga terbuka bagi sejumlah pihak yang memiliki konflik tanah di DIY untuk ikut bergabung dan berjuang bersama.
Dalam prosesnya, PPLP dan WTT menghasilkan 7 poin pernyataan sikap yang antara lain menolak keberadaan bandara New Yogyakarta International (NYIA) dan pertambangan pasir besi tanpa syarat. Widodo menjelaskan bahwa selama ini kedua belah pihak memang telah saling membantu namun belum secara resmi.
“Sekarang situasinya semakin sulit, kami harus bekerja sama agar tidak tergilas,” ujarnya.
Konsolidasi ini juga sebagai pembuktian dua komunitas dalam menolak mega proyek yang dilakukan di daerah pantai tersebut. Menurutnya, kedua mega proyek tersebut merupakan perampasan tanah bagi warga yang selama ini telah mengolah dan hidup dari tanah tersebut.
Selain itu, Widodo menjelaskan bahwa konsolidasi secara resmi ini juga sebagai upaya untuk mengabarkan persoalan yang ada secara luas kepada mayarakat. Menilik banyaknya kasus serupa yang terjadi di DIY, ia menyebutkan bahwa pihaknya terbuka bagi sejumlah pihak yang memiliki nasib yang sama.
Ketua WTT, Martono menyatakan bahwa konsolidasi ini merupakan suatu bentuk kerja sama menghadapi permasalahan yang dihadapi.
“Golek bolo, pemerintah juga bersama Angkasa Pura melawan kami maka kami juga harus bersatu,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa konsolidasi ini bukan merupakan suatu perlawanan namun sebagai cara mempertahankan diri.