PBTY akan angkat sastra Tionghoa.
Harianjogja.com, JOGJA–Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) 2018 akan lebih banyak mengusung sastra Mandarin lewat berbagai lomba. Diharapkan melalui lomba tersebut budaya Tionghoa dapat semakin dikenal masyarakat.
Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima
“Lomba Mandarin nanti akan ada empat konsep. Tidak hanya baca naskah saja,” ujar Anggota Jogja Chinese Art and Culture Center (JCACC), Bekti, Rabu (17/1/2018).
Bekti memaparkan untuk lebih mengenalkan bahasa Tionghoa ini dilakukan melalui berbagai lomba. Di antaranya Story Telling, Lomba Shufa dan Chinese Painting. “Kemampuan peserta dalam membawakan bahasa Mandarin akan lebih ditampilkan lewat lomba ini,” ungkap Bekti.
Selain story telling berbahasa Mandarin, Shufa juga akan diperlombakan untuk mengenalkan kepada masyarakat tentang salah satu seni budaya asal Tiongkok. Shufa merupakan seni kaligrafi Tiongkok yang syarat akan filosofi tentang kehidupan.
Selain itu, lokasi penyelenggaraan festival Tionghoa juga akan lebih difokuskan ke Selatan. Dalam penyelenggaraan PBTY yang jatuh pada tahun Anjing Tanah, juga masih akan menghadirkan berbagai stan kuliner untuk dapat dinikmati.
“Nanti pada acara karnaval kami juga akan menghadirkan drum band dari AAU dan Akmil. Ada juga nanti yang spesial di tahun ini boneka raksasa Tionghoa yang akan didatangkan dari Semarang,” jelas Bekti.