BPBD Kulonprogo mengakui tidak bisa mengkalkulasi jumlah pohon yang rawan tumbang
Harianjogja.com, KULONPROGO– Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kulonprogo, Suhardiyana, BPBD Kulonprogo mengakui tidak bisa mengkalkulasi jumlah pohon yang rawan tumbang.
Promosi Piala Dunia 2026 dan Memori Indah Hindia Belanda
Pasalnya besarnya geografis dan kondisi alam Kulonprogo membuat BPDB tidak mampu untuk mendata pohon yang rawan rubuh ketika angin kencang datang.
“Tidak semua bisa tercover relawan dan kami mengandalkan PRB yang telah kami lakukan sebelumnya dan himbauan kepada masyarakat,” ujarnya, Selasa (23/1/2018).
PRB alias Pengurangan Risiko Bencana ialah kegiatan BPBD Kulonprogo bersama masyarakat untuk menyadarkan akan potensi bencana yang bisa terjadi. BPBD Kulonprogo hanya bisa melakukan himbauan melewati relawan yang eksis di kawasan masing-masing.
“Karena persebaran potensi bencana di Kulonprogo merata, dari pantai hingga pegunungan, semua tedampak, jadi kami mengandalkan Tim Reaksi Cepat dan rewalan yang eksis di tiap daerahnya,” jelasnya.
Dari Jumat (19/1/2018) hingga Senin Kemarin, TRC Kulonprogo setidaknya telah mendapatkan laporan sebanyak 31 laporan kejadian bencana akibat terjangan angin kencang. Dimulai dari warung Pantai Trisik yang terbawa angin pada Sabtu kemarin, hingga wilayah pegunungan yang mengalami kejadian serupa di Jatimulya.
“Untuk Desember ini memang ada peningkatan kejadian bencana dari tahun-tahun sebelumnya, namun hal ini didukung angin kencang yang cukup besar di Kulonprogo,” katanya.
Namun begitu, Hardi bersyukur bersama tingginya angka kejadian di Kulonprogo, tidak diketemukan adanya korban jiwa yang mati sia-sia karena tertimpa pohon.
“Selain hidup dan mati itu milik Sang Pencipta, bersyukur kejadian ini tidak menimbulkan korban jiwa, karena melalui relawan dan PRB kami mewanti-wanti,” jelasnya.