SOLOPOS.COM - Pameran alat musik tradisional nusantara digelar di Museum Sonobudoyo pada 26 April sampai 5 Mei mendatang. (Ujang Hasanudin/JIBI/Harian Jogja)

Pameran alat musik tradisional nusantara digelar di Museum Sonobudiyo pada 26 April sampai 5 Mei mendatang

Harianjogja.com, JOGJA– Pameran alat musik tradisional nusantara digelar di Museum Sonobudiyo pada 26 April sampai 5 Mei mendatang.

Promosi Vonis Bebas Haris-Fatia di Tengah Kebebasan Sipil dan Budaya Politik yang Buruk

Panitia pameran menghadirkan 200an lebih alat musik tradisional dari 31 provinsi se-Indonesia ke Museum Sonobudoyo. Pameran yang ritin digelar setiap tahun secara bergantian di museum negeri ini tidak hanya menyajikan alat musik.

Pengunjung bisa mendengarkan langsung setiap alat musik tersebut melalui ponsel. “Kita sediakan 11 gadget dan 90 headset,” kata Kepala Museum Sonobudoyo, Riharyani, usai pembukaan pameran, Rabu (26/4/2017)

Baca juga : Pameran Alat Musik Tradisional Nusantara, Alat Musik Bisa Langsung Dinikmati lewat Ponsel

Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Harry Widianto mengatakan alat musik merupakan warisan yang sangat dimensional secara ruang dan waktu.

Ia mencatat ada lebih dari 300 kelompok etnis di Indonesia memiliki alat musik tradisonal beragam. “Pameran ini kita ingin mendekatkan museum dan koleksi musum ke masyarakat,” kata Harry

Pameran alat musik tradisional nusantara ini ditampilkan dengan beberapa tema, dimulai dari pintu masuk pameran dari timur Musem Sonobudoyo, pengunjung akan disajikan dengan alat musik tradisional yang disandingkan dengan foto relief ncandi yang menggambarkan kesinambungan alat musik yang dipamerkan dengan kondisi jaman dahulu saat alat musik tersebut dimainkan.

Kemudian masuk ke ruang selanjutnya, pengunjung akan menyaksikan sejumlah alat musik yang dimainkan secara sendiri seperti kledi dari Dayak. Alat musik ini yang berbunyi dengan ditiup ini masih sering dimainkan di Dayak Kalimantan. Kemudian juga ada Sasando.

Masuk ruang berikutnya sajian alat musik yang dimainkan oleh dua orang atau lebih sampai pada alat musik yang dimainkan secara ramai-ramai yang diberi tema dengan musyawarah bunyi seperti berbagai jenis gamelan, orkes tiup bambu  asal Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, dan Flores, serta orkes tahuri dari Ambon dan Maluku.

Sampai ruang terakhir, pengunjung akan melewati ruang yang dinamakan ruang refleksi bunyi. Ruang gelap yang hanya bercahaya dari audio visual dari monitor berukuran 29 inci itu mengajak pengunjung untuk merefleksikan kembali bahwa sebenarnya bunyi dan sunyi adalah dua sisi keping mata-uang yang sama.

“Tiada bunyi tanpa sunyi, tiada sunyi tanpa bunyi. Di antara kedua kutub itulah perjalanan budaya manusia berawal dan berakhir. Sudahkah Anda mengorganisir bunyi-bunyian dengan bijak,” kata pemandu pameran kepada para pengunjung.

Pameran ini menarik para wisatawan yang sedang berlibur. Eric, salah satunya wisatawan asal Belanda ini mengaku kagum dan baru pertama kalinya melihat pameran alat musik tradisional dari berbagai daerah di Indonesia, hal itu karena tidak ia jumpai di negaranya.

“Ini menarik dan unik-unik,” ucap Eric, sambil mengarahkan kamera yang dibawanya untuk mengabadikan alat musik tradisional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya