Jogja
Senin, 13 Maret 2023 - 16:59 WIB

Menurut Pakar UGM, Cuaca Panas Akhir-Akhir Ini Bukan karena Erupsi Merapi

Anisatul Umah  /  Abdul Jalil  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Awan panas meluncur dari puncak Gunung Merapi terlihat dari Turi, Sleman, DI Yogyakarta, Minggu (12/3/2023). (Antara/Andreas Fitri Atmoko)

Solopos.com, SLEMAN — Cuaca panas menyengat yang terjadi akhir-akhir ini bukan terjadi karena erupsi Gunung Merapi.

Hal itu disampaikan Pakar Iklim dan Lingkungan dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Emilya Nurjani, saat diskusi bersama wartawan dengan tajuk Bencana Hidrometeorologi dan Perubahan Iklim di UGM, Senin (13/3/2023).

Advertisement

Meski erupsi Gunung Merapi bukan menjadi penyabab cuaca panas, kata dia, debu hasil letusan berpengaruh terhadap suhu udara.

Emilya menjelaskan erupsi terjadi di perut gunung. Meski demikian, aerosol atau debu bisa jadi berpengaruh terhadap cuaca panas. Namun, untuk memastikannya memang perlu pengukuran.

“Mungkin saja berpengaruh menaikkan, mengurangi, atau bahkan tidak terjadi apa-apa, tergantung pada angin. Secara kasar ada peningkatan suhu di Jogja tapi bukan karena Merapi,” kata dia.

Advertisement

Dalam catatannya, erupsi Gunung Sinabung berpengaruh pada hujan. Namun, Gunung Merapi tidak memengaruhi cuaca karena awan panasnya tidak banyak.

Fenomena cuaca panas, lanjut dia, umum terjadi di perkotaan seperti Jogja. Daerah perkotaan memiliki suhu lebih tinggi karena sebagian besar permukaan tanah sudah tertutup.

Radiasi Matahari yang diserap dan dilepaskan besarnya sama. Kondisi demikian ditambah dengan banyaknya pendingin udara dan kendaraan bermotor sehingga suhu lebih menyengat.

Advertisement

Hal senada disampaikan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) DIY. Kepala Kelompok Foreskater BMKG YIA, Romadi, mengatakan panas menyengat yang terjadi beberapa hari ini tidak ada kaitannya dengan erupsi Gunung Merapi.

“Cuaca terik dipengaruhi oleh kelembaban perlapisan 700 milibar sampai dengan 500 milibar. Ini sangat kering hingga mencapai 30 persen, sehingga sinar matahari langsung menembus permukaan Bumi. Sampai di permukaan Bumi, sinar Matahari kembali dipantulkan kembali ke atmosfer,” ucapnya kepada harianjogja.com, Senin (13/3/2023).

Milibar atau mb adalah satuan tekanan udara. Dia menjelaskan berkurangnya intensitas hujan beberapa hari ke belakang di Jogja dan sekitarnya di DIY salah satunya karena adanya pola tekanan rendah di utara Papua. Ini menyebabkan pola konvergensi bergeser ke perairan utara Jawa, sehingga mengurangi massa uap air hujan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Berita ini telah tayang di Harianjogja.com dengan judul Pakar Iklim UGM Tegaskan Cuaca Panas Bukan karena Erupsi Merapi meski Debu Mungkin Berpengaruh

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif