SOLOPOS.COM - JIBI/Harian Jogja/Istimewa Puncak Merapi (Dok)

JIBI/Harian Jogja/Istimewa
Puncak Merapi (Dok)

Harian Jogja.com, SLEMAN – Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi menyatakan status gunung api aktif Merapi masih tetap normal meskipun pada Senin (22/7/2013) pukul 04.15 WIB mengeluarkan embusan asap kuat.

Promosi Ada BDSM di Kasus Pembunuhan Sadis Mahasiswa UMY

“Hembusan kuat dengan tinggi asap 1.000 meter terjadi pada pukul 04.15 WIB dengan durasi 34 menit. Kejadian diawali dengan gempa vulkanik dangkal satu kali,” kata Kepala Seksi Gunung Merapi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Sri Sumarti di Yogyakakrta, Senin (22/7/2013).

Selain hembusan asap kuat, masyarakat di sekitar Gunung Merapi juga mendengar suara gemuruh keras dari arah gunung yang terakhir meletus pada 2012 itu.

Menurut Sri, kejadian-kejadian tersebut masih cukup normal bagi gunung api aktif seperti Merapi. “Untuk gunung api aktif, tentu ada aktivitas setiap saat. Jadi, kejadian seperti hembusan asap yang beberapa kali terjadi masih cukup normal,” katanya.

Sri mengatakan, pascaletusan 2010 terjadi perubahan tipe Gunung Merapi sehingga saat ini kawah tidak sepenuhnya tertutup oleh kubah lava yang menyebabkan terjadi hembusan asap.

“Hembusan asap bisa terjadi setiap saat. Pada 15 Juli 2013 juga terjadi hal yang sama. Hembusan ini membawa abu dan pasir halus yang kemudian terbawa tiupan angin,” katanya.

Pada hembusan yang terjadi Senin (22/7/2013), sejumlah wilayah yang mengalami hujan abu ringan berada di sisi selatan dan tenggara, seperti di Deles, Balerante, Glagaharjo, Cangkringan, Pos Pengamatan Kaliurang, Gamping dan jalan Megelang.

Namun, untuk pos pengamatan di sisi utara seperti Selo, Jrakah dan Babadan tidak melaporkan adanya hujan abu vulkanik.

Sri menambahkan, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) setiap pekan selalu melakukan evaluasi atas hasil pemantauan Gunung Merapi seperti aktivitas vulkanik dan kondisi fisik.

Deformasi Gunung Merapi juga belum menunjukkan perubahan signifikan. Pada erupsi 2010, terjadi perubahan signifikan dengan jarak tiga meter dalam 52 hari, pemantauan “tilt meter” juga tidak mengalami perubahan signifikan.

Suhu lapangan solfatara yang dipantau dengan kamera termal menunjukkan suhu mencapai 600 derajat celcius, namun juga tidak menunjukkan perubahan signifikan.

“Kami terus mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi atas kondisi Gunung Merapi. Pemantauan akan dilakukan secara intensif. Masyarakat juga perlu tetap waspada terutama di kawasan rawan bencana,” katanya.

Mengenai pendakian, Sri merekomendasikan agar pendakian tidak dilakukan hingga puncak, namun hanya sampai di Pasar Bubrah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya