SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Harianjogja.com, SLEMAN- Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta terus memantau aktivitas Gunung Merapi, pascapeningkatan status dari aktif normal menjadi waspada pada 29 April lalu.

Kepala BPPTKG Yogyakarta, Subandriyo mengungkapkan warga di sekitar Gunung Merapi masih dapat melakukan aktivitas seperti biasa namun tetap meningkatkan kewaspadaan.

Promosi Riwayat Banjir di Semarang Sejak Zaman Belanda

“Kami akan terus melakukan pemantauan aktivitas gunung. Bisa saja aktivitasnya melemah atau meningkat,” katanya, Kamis (1/5/2014).

Subandriyo menambahkan, aktivitas seismik lain sepeti gempa frekuensi tinggi yang menandakan migrasi magma ke permukaan hampir tidak pernah terjadi, bahkan deformasi nol.

“Perubahan aktivitas seismik inilah yang membedakan perilaku Gunung Merapi sebelum meletus pada 2010 dengan kondisi sekarang,” katanya.

Empat tahun lalu, lanjut Subandriyo, terjadi rentetan gempa frekuensi tinggi dalam waktu singkat tanpa banyak disertai gempa frekuensi rendah.

“Hal itulah yang membedakannya dengan tahun ini sehingga diambil keputusan untuk menaikkan status gunung dari normal ke waspada sehingga masyarakat dan aparat pun bisa lebih waspada,” katanya.

Pascaletusan 2010, BPPTKG mencatat telah terjadi sekitar 10 kali letusan minor yang ditandai dengan embusan gas disertai material seperti abu dan pasir.

“Letusan minor ini memiliki indeks skala letusan 1. Daerah yang paling terdampak berada pada radius satu kilometer dari puncak dan sebaran abu vulkanik di daerah sekitarnya,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya