BANTUL—Pelaksanaan merti desa Krebet yang digelar Sabtu (12/5) lalu menjadi ajang mempertahankan tradisi sekaligus promosi wisata.
Setiap tahun pada bulan Jumadilakhir, Sabtu Legi, masyarakat desa setempat menggelar ritual merti desa atau bersih desa sebagai wujud syukur kepada Tuhan atas berkah hasil bumi yang melimpah.
Promosi Riwayat Banjir di Semarang Sejak Zaman Belanda
Harjono, Ketua RT 3 Desa Krebet mengatakan, pentingnya mempertahankan tradisi di tengah perkembangan zaman. Pasalnya, tradisi tahunan ini mampu menjadi daya tarik bagi wisatawan baik dalam maupun luar negeri.
“Lewat ritual merti desa ini, harapannya bisa mendatangkan lebih banyak wisatawan untuk berkunjung ke desa wisata Krebet,” ujarnya, Sabtu (12/5).
Ritual merti desa dimulai dengan pemukulan kentongan oleh Kepala Dukuh sebagai tanda mengawali langkah kirab para bregada.
Diiringi alunan musik Jawa, pasukan bregada berpakaian adat Jawa mengawal kirab gunungan yang berisi hasil bumi dari Balai Dusun menuju Pendopo Kasarosan.
Ratusan warga mengikuti di belakang dengan membawa ubarampe berupa Panjangilang dari janur yang berisi tukon pasar dan ancak yang berupa tumpeng berisi lauk pauk.
Seusai berdoa bersama, gunungan berisi hasil bumi dari wilayah desa Krebet ini kemudian diperebutkan warga.
Ritual merti desa kemudian ditutup dengan pagelaran wayang kulit semalam suntuk. (ali)