Jogja
Rabu, 6 November 2013 - 12:56 WIB

MERTI DUSUN : Banyunganti Terapkan Konservasi Alam Berbasis Budaya

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Merti Dusun Banyunganti Jatimulyo Girimulyo Kulonprogo. (JIBI/Harian Jogja/Switzy Sabandar)

Harianjogja.com, KULONPROGO-Pedukuhan Banyunganti, Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo, menggelar merti dusun suronan, Selasa (5/11/2013) pagi.

Berbeda dengan merti dusun yang dilakukan tiap tahun, kegiatan yang diikuti 500 warga Banyunganti ini dilakukan dengan pendekatan konservasi alam berbasis budaya.

Advertisement

Acara dimulai dengan arak-arakan kelompok kesenian tradisional, uba rampe, gunungan kecil, serta sebuah replika kambing jantan yang akan dikorbankan. Arak-arakan tersebut berjalan keliling wilayah dusun sejauh sekitar satu kilometer dan berakhir di sendang Sedandang.

Dukuh Banyunganti, Sutarman, menuturkan, pendekatan ini baru pertama kali dilakukan setelah mendapat dukungan dari pemerintah DIY.

Advertisement

Dukuh Banyunganti, Sutarman, menuturkan, pendekatan ini baru pertama kali dilakukan setelah mendapat dukungan dari pemerintah DIY.

“Sebelumnya, merti dusun hanya melakukan ritual kecil di Sendang Sedandang,” ujarnya.

Sendang Sedangdang merupakan sumber mata air yang menjadi sumber kehidupan warga pedukuhan Banyunganti.

Advertisement

Caranya, dengan melakukan penanaman pohon, pelestarian satwa langka, pengembangan hutan rakyat, dan pelestarian hutan lindung.

Dijelaskannya, ritual yang dilakukan dalam merti dusun sebagai wujud permohonan kepada Tuhan agar selalu melindungi warga setempat. “Sekaligus simbol rasa syukur atas berkat dan keselamatan yang sudah diberikan Tuhan,” imbuh dia.

Sutarman menyebutkan, selain Sedandang, terdapat 28 sumber mata air lainnya yang menjadi sumber kehidupan warga setempat sehingga saat kemarau, penduduk tidak kekurangan air.

Advertisement

Penyuluh Kehutanan Lapangan Kantor Ketahanan Pangan, Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (KP4K) Kulonprogo, Beja, mengungkapkan, ritual budaya di kawasan sumber mata air merupakan salah satu bentuk konservasi alam berbasis budaya.

Pendekatan ini diharapkan mampu meningkatkan kepekaan masyarakat terhadap lingkungan sekitarnya. Program ini dikembangkan di beberapa desa di perbukitan Menoreh Kulonprogo, antara lain, Hargowilis, Sidomulyo, dan Jatimulyo.

“Pelaksanaannya didukung danais dan dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY,” tukas dia.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif