Jogja
Rabu, 11 September 2013 - 16:01 WIB

Mesin Pembuat Pelet Bantuan Pemerintah Mangkrak

Redaksi Solopos.com  /  Yudi Kusdiyanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang petugas menunjukkan mesin pencetak pelet yang sudah satu bulan mangkrak, Rabu (11/9/2013).

Seorang petugas menunjukkan mesin pencetak pelet yang sudah satu bulan mangkrak, Rabu (11/9/2013).

Harian Jogja.com, GUNUNGKIDUL—Pemanfaatan mesin pembuat pakan ikan alternatif atau pelet maksimal. Mesin-mesin bernilai ratusan juta rupiah tersebut lebih sering mangkrak.

Advertisement

Kasi Alat Mesin Dinas Kelautan dan Perikanan Gunungkidul, Handoko, menuturkan dari 2010 hingga 2012, sudah ada delapan unit mesin pencetak pelet yang disalurkan. Pengadaan tiga mesin menggunakan dana APBN dan sisanya menggunakan dana APBD.

Tiga mesin dari APBN disalurkan ke kelompok bubidaya ikan di tiga kecamatan  yakni Paliyan, Tepus serta Ponjong. Penyaluran dilakukan pada 2010 serta 2011. Sementara itu lima mesin dari APBD disalurkan ke Semin, Karangmojo, Ponjong, Rongkop dan Nglipar yang disalurkan pada 2011 serta 2012.

“Pemanfaatannya belum maksimal. Karena mesin yang disalurkan model lama dengan desain alat horizontal dan hasil cetakannya kurang diminati. Selain itu ada bahan pokok juga menjadi kendala,” papar dia kepada Harian Jogja.com, Rabu (11/9/2013).

Advertisement

Handoko mengimbau alat yang sudah dibagikan harus dimaksimalkan penggunaannya. Apabila ada yang dibiarkan mangkrak maka mesin pencetak tersebut bisa dipindah tangankan ke kelompok yang bersedia memaksimalkan penggunaannya.

Salah satu kelompok yang sudah maksimal bisa menghasilkan pelet tiga ton setiap minggunya. Namun, kelompok tersebut menggunakan mesin pencetak dengan desain  vertikal.

Mesin yang sering tidak beroperasi misalnya di Kelompok Mina Agung di Desa Pampang, Kecamatan Paliyan. Menurut ketua kelompok, Sugiyanto setidaknya sudah satu bulan ini mesin tersebut tidak beroperasi. Menurutnya,  setiap minggu, mesin hanya digunakan tiga hari.

Advertisement

“Hasil cetakannya itu yang tidak seperti pelet. Tapi seperti mii. Kurang diminati. Saya sudah komunikasi dengan Dinas Kelautan dan Perikanan. Katanya akan dipikirkan bersama. Misal mau ditarik kembali mesinnya juga saya relakkan kok,” papar dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif