SOLOPOS.COM - SEMBUH—Elinda (kanan) dan adiknya (IST)

SEMBUH—Elinda (kanan) dan adiknya (IST)

Pada 1998 hati Eka Wibawa dan istrinya hancur. Dokter telah memvonis putri semata wayangnya yang kala itu masih berusia 1,5 tahun menderita leukimia atau kanker darah. Sebuah penyakit yang menjadi mesin pembunuh yang masih sulit dihentikan.

Promosi Tragedi Bintaro 1987, Musibah Memilukan yang Memicu Proyek Rel Ganda 2 Dekade

Kala itu, putri mereka yang bernama Erlinda Gilberta Wibawa berulang kali jatuh sakit. Meski gejala yang ditunjukkan tidak terlihat aneh, tetapi saat melihat putri tersebut terlihat pucat, bersama istri Evi Susanti, ia membawa Erlinda ke RS Panti Rapih.

Sampai di rumah sakit dan dicek, diketahui jumlah hemoglobin Erlinda hanya empat. Atas saran, dokter anak yang bertugas saat itu, Sutaryo, bayinya melakukan pemeriksaan sumsum tulang belakang. Dan ternyata benar, Erlinda positif menderita leukimia.

Tidak terima, Eka dan Evi berupaya membawa Erlinda cek ulang di rumah sakit lain. Namun, setelah melakukan diskusi panjang, keinginan itu ditinggalkan. Keduanya memilih berserah dan segera melakukan pengobatan.

”Awalnya saya dan istri tidak terima. Apa benar anak kami sakit? Rasanya sangat berat,” ujar Eka Wibawa saat dijumpai di RSUP Dr Sardjito, Selasa (17/4).

Tepat 23 Agustus 1998, putri kecil mereka dirujuk ke RSUP Dr Sardjito untuk menjalani protokol pengobatan. Kesabaran kedua pasangan ini juga terus diuji, karena mereka harus berjuang melawan rasa tidak tega saat melihat anak balita berusia 1,5 tahun harus menggunakan alat bantu kesehatan.

”Fase terberat dialami saat usia pengobatan bulan keempat. Meski perawatan Erlinda sudah relatif lama tapi jika gagal harus mulai lagi dari nol,” jelasnya.

Berkat kegigihan Eka dan Evi serta semangat Erlinda yang besar, mimpi buruk itu berakhir. Dokter menyatakan putri kecilnya sembuh dan bebas obat saat usia 3,5 tahun. ”Dokter berpesan untuk memperhatikan kapan menstruasi Erlinda. Jika bisa mens, maka dia sepenuhnya sembuh. Dan ternyata benar, Erlinda pertama kali mens saat usia 11 tahun,” urai dia.

Kini gadis yang telah berusia 15 tahun dan sekolah di SMP Stella Duce 1 Jogja kelas IX ini dapat melakukan apapun yang diinginkan. Tidak perlu lagi berobat jalan. Hanya, setiap enam bulan cek darah untuk mengetahui kondisinya.

Protokol Jogja
Guru Besar Fakultas Kedokteran UGM Prof Sutaryo menyampaikan sepuluh kasus kanker anak terutama leukimia yang ditangani RSUP Dr. Sardjito, delapan kasus di antaranya berhasil disembuhkan. Yang membanggakan, metode penyembuhan ini justru diciptakan RSUP Dr Sardjito sendiri dan dikenal dengan nama “Protokol Jogja”.

Protokol ini merupakan metode pengobatan susunan obat untuk pasien leukemia (Acute Lymphoblastic Leukemia) sampai dua tahun dengan komposisi obat dan biaya yang lebih murah sekitar sepersepuluh sampai seperduapuluh dibandingkan dengan pengobatan di negara asing.

Menurutnya, penyebab utama kematian pada penderita kanker leukemia adalah terjadinya infeksi dan perdarahan. Infeksi dapat terjadi ketika penderita banyak kontak dengan orang lain yang membawa kuman yang akhirnya kuman tersebut menyebabkan infeksi.

“Perilaku menjenguk pasien secara bersama-sama ini yang sangat rawan pada penderita leukemia karena dapat menularkan kuman yang menyebabkan infeksi. Sehingga dalam penanganannya pasien kanker leukemia harus steril,” paparnya.

Faktor perdarahan sendiri kata Sutaryo sudah dapat diatasi dengan transfusi darah sesuai dengan golongan darah pasien. “Tumbuhnya kesadaran para mahasiswa di Jogja untuk menyumbangkan darah turut mempercepat penanganan perdarahan terutama untuk transfusi
darah,” urainya.

Tingkat keberhasilan pengobatan kanker yang tinggi mengakibatkan RSUP Dr Sardjito menjadi pelopor pengobatan Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL) untuk negara berkembang. Atas prestasi ini, DIY terpilih menjadi tuan rumah Kongres Internasional Untuk Kanker (International Pediatric Oncology).

Dalam kesempatan ini, 29 negara di Asia akan membahas mengenai optimalisasi perawatan kanker khususnya pada anak. Bertempat di Hotel Sheraton Jogja 21-24 April 2012 ahli kanker tingkat dunia yang akan berbagi pengalaman dalam penanganan kanker di negaranya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya