SOLOPOS.COM - Ilustrasi Anggaran (JIBI/Harian Jogja/Reuters)

Harianjogja.com, BANTUL—Sepanjang 2013, anggaran alokasi dana desa (ADD) di Bantul senilai Rp3 miliar hangus tak dapat dicairkan. Seretnya laporan pertanggungjawaban penggunaan ADD dituding merugikan masyarakat desa.

Kepala Sub Bagian Kekayaan Desa Bagian Pemerintahan Desa Pemkab Bantul, Totok Budiharto, menyebutkan, sepanjang 2013 tak semua ADD dicairkan ke 75 desa di Bantul. Padahal selama 2013 dianggarkan Rp11 miliar ADD yang berasal dari Pemerintah Pusat.

Promosi Enjoy the Game, Garuda! Australia Bisa Dilewati

Namun, hanya Rp8 miliar yang terserap. Dana itu dicairkan sebanyak tiga tahapan. Pada tahap pertama atau awal 2013, Pemkab Bantul mencairkan 30% ADD ke 75 desa atau sebanyak Rp3,3 miliar.

Namun setelah itu, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melarang Pemkab Bantul mencairkan ADD selama desa yang bersangkutan tak menyampaikan laporan penggunaan ADD pada periode sebelumnya dan mengajukan kembali permohonan ADD.

ADD sendiri pada Juni 2013 menjadi temuan BPK karena ditengarai banyak terjadi pelanggaran aturan dalam penggunaannya. Akibat rekomendasi BPK tersebut, mulai pencairan tahap dua dan tiga, hanya desa yang memenuhi syarat yang mendapat gelontoran ADD.

“Intinya desa yang enggak minta ADD [mengajukan permohonan] dan menyampaikan laporan enggak diberi, itu rekomendasi BPK,” terang Totok, Senin (30/12/2013).

Jumlah penerima ADD tahap dua dan tiga kata Totok menurun drastis. Pada tahap dua, dana ADD yang dicairkan hanya Rp1,9 miliar. Kala itu ADD di 47 desa hangus.

Pada tahap tiga atau akhir 2013, jumlah ADD yang hangus meliputi 27 desa dengan nilai pencairan sebanyak Rp2,8 miliar. Artinya sepanjang 2013, ada Rp3 miliar dana ADD yang hangus dari total Rp11 miliar.

Kebanyakan ADD yang hangus dialami desa-desa di Kecamatan Dlingo. Totok tak dapat memastikan penyebab lambannya desa membuat laporan pertanggungjawaban ADD sehingga memicu hangusnya anggaran yang harusnya digunakan untuk pembangunan masyarakat tersebut.

“Waktu kami tanya pamong desa cuma diam saja. Padahal tim pendamping ADD tingkat desa dan kecamatan sudah ada. Mereka yang mendampingi pemerintah desa maupun masyarakat membuat laporan pertanggungjawaban,” ujarnya.

Kepala Bagian Pemerintahan Desa Sigit Widodo tak memungkiri, hangusnya ADD merugikan masyarakat. Karena pembangunan desa yang harusnya didanai ADD menjadi tal terlaksana. “Akhirnya ya masyarakat yang rugi,” imbuh Sigit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya