Jogja
Senin, 25 April 2016 - 09:20 WIB

MINAT BACA : Perpustakaan Semakin Sepi Pengunjung

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pengunjung memilih buku yang akan mereka baca saat mengunjungi gedung Grhatama Pustaka yang terletak di Jalan janti, Bangutapan, Bantul, DI. Yogyakarta, Selasa (15/12/2015). (JIBI/Harian Jogja/Dok)

Minat baca buku di perpustakaan semakin berkurang

Harianjogja.com, BANTUL-Minat baca buku di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) masih rendah. Hal tersebut dikarenakan masyarakat lebih memilih untuk membaca dan mendapatkan informasi dari internet.

Advertisement

Kepala Seksi Layanan Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah ‘Grhatama Pustaka’ Daerah Istimewa Yogyakarta (BPAD DIY) Meiranti Nurani pada Jumat (22/4/2016) mengatakan di era serba digital seperti saat ini, sesungguhnya minat baca tidak dapat dinilai dari tingkat kunjungan ke sebuah perpustakaan, selain itu minat untuk membaca juga tidak bisa dilihat lagi dari tingkat sirkulasi peminjaman dan pengembalian buku.

Walaupun tingkat kunjungan ke Grhatama Pustaka sebanyak 800 orang per hari, di masa kini orang-orang memilih untuk mencari sumber informasi alternatif. Bahkan ketika ada orang yang berkunjung ke perpustakaan, bisa saja mereka hanya berkunjung sebentar, melepas penat atau hanya menemani keluarga untuk menghabiskan waktu luang bersama.

Advertisement

Walaupun tingkat kunjungan ke Grhatama Pustaka sebanyak 800 orang per hari, di masa kini orang-orang memilih untuk mencari sumber informasi alternatif. Bahkan ketika ada orang yang berkunjung ke perpustakaan, bisa saja mereka hanya berkunjung sebentar, melepas penat atau hanya menemani keluarga untuk menghabiskan waktu luang bersama.

Meski demikian BPAD DIY tetap melakukan upaya untuk meningkatkan minat baca melalui keberadaan pojok-pojok baca di sejumlah ruang publik, misalnya saja di Rumah Sakit (RS), Pusat Kesehatan Masyarakat, hingga ke pasar.

Penempatan pojok baca ini mempertimbangkan pula tingkat keramaian di lokasi-lokasi tadi. Saat ini, BPAD setidaknya telah memiliki pojok baca di lima RS, yakni RS Umum Pusat dr.Sardjito, RS Condong Catur, RS Jogja, RS PKU Muhammadiyah Gamping. Pada tahun ini BPAD DIY merencanakan menambah lima pojok baca lagi di ruang publik di Jogja.

Advertisement

Salah satu Pustakawan BPAD DIY Atmi Satwati mengungkapkan, dengan adanya pergeseran kebiasaan mencari informasi dari internet, minat baca buku secara konvensional ini membuat perpustakaan kehilangan pengunjung, begitu pula minat anak didik untuk membaca buku.

Sehingga memang sangat perlu sebuah perpustakaan berbenah diri untuk mengikuti perkembangan zaman. Perpustakaan sudah bertransformasi, dari yang sebelumnya dikenal sebagai sebuah gudang buku, memiliki banyak larangan ketika dikunjungi, bahan pustaka dalam bentuk cetak, dan ada sirkulasi bahan pustaka.

Kini menjadi penyedia informasi, sentra pengembangan sumber daya manusia, memberikan informasi berbasis teknologi informasi dan bukan hanya menyediakan bahan pustaka cetak namun juga pustaka rekam.

Advertisement

BPAD DIY sendiri sudah menggelar sejumlah lomba bercerita dan kegiatan, juga perpustakaan keliling untuk menumbuhkan dan mengembangkan minat baca di kalangan masyarakat. Ia menyatakan menumbuhkembangkan minat baca bukan hanya peran BPAD melainkan juga sekolah, keluarga dan masyarakat umum.

Di lingkungan keluarga misalnya, perlu mulai membacakan isi buku kepada anak, menyediakan bahan bacaan bagi anak, mengajak anak mengunjungi toko buku. Namun hendaknya orang tua bisa menyediakan buku bacaan yang sesuai dengan usia anak.

Menilik sumber referensi ilmiah, Atmi menyebutkan anak usia dua sampai empat tahun lebih tepat diberikan buku berisi cerita fantasi. Usia empat sampai delapan tahun disediakan buku dongeng.

Advertisement

“Untuk anak usia delapan sampai 12 tahun bisa kita berikan buku bacaan berisi petualangan, sedangkan buku berisi kepahlawanan bisa diberikan kepada anak usia 12-15 tahun. Beranjak usia 15-20 tahun, anak bisa diberikan buku bertema liris dan romantis,” kata dia.

Sementara itu Abdullah Azis warga Sleman mengatakan dirinya lebih memilih membaca dengan sumber bacaan digital karena lebih praktis. Meski demikian ia masih suka membeli buku cetak ketimbang e-book sebagai koleksi.

“Kalau e-book tidak ada bentuk fisik dan perlu mencetak terlebih dahulu,” ucapnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif