Solopos.com, SOLO – Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau yang juga dikenal sebagai Keraton Jogja menyimpan sejumlah kisah misteri. Salah satu kisah misteri itu adalah dua pohon beringin yang berada di Alun-Alun Utara Keraton Jogja.
Sejumlah masyarakat bertanya-tanya dengan kebiasaan keraton melakukan ritual Jamasan terhadap kedua pohon beringin itu. Jamasan adalah pacara di keraton untuk membersihkan dan merawat benda-benda pusaka setiap Sura.
Promosi Pemilu 1955 Dianggap Paling Demokratis, Tentara dan Polisi Punya Partai Politik
Ternyata kedua pohon beringin itu memang dianggap sebagai pusaka keraton sehingga harus dibersihkan setiap Sura atau Bulan Asyura.
Baca Juga: Misteri Keraton Jogja Segaris dengan Laut Kidul dan Merapi
Kedua pohon beringin itu dibersihkan dengan cara dipangkas sehingga bagian atasnya berbentuk bundar seperti payung. Bentuk payung ini melambangkan pengayoman yang diberikan keraton kepada rakyatnya.
Selain mendapatkan jamasan, kedua pohon beringin itu bahkan memiliki nama. Dikutip dari laman resmi Keraton Jogja, kedua pohon beringin itu bernama Kiai Dewadaru dan Kiai Janadaru.
Arti Nama Pohon Beringin di Keraton Jogja
Kiai Dewadaru berasal dari kata dewa yang bermakna sebagai sifat ketuhanan dan daru yang bermakna cahaya. Dewadaru memiliki makna sebagai cahaya ketuhanan.
Baca Juga: Pangeran Mangkubumi, Arsitek Keraton Solo & Jogja Rajin Puasa Sunah
Sedangkan Janadaru berasal dari kata jana yang berarti manusia dan daru yang bermakna cahaya. Sehingga Janadaru berarti cahaya kemanusiaan.
Konon, bibit Kiai Dewadaru berasal dari Majapahit, sedangkan bibit Kiai Janadaru berasal dari Pajajaran. Keturunan dari dua pohon beringin tersebut masih dilestarikan untuk menggantikan jika ada Kiai Dewadaru atau Kiai Janadaru roboh atau mati.