SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Istimewa/google.image)

Mitigasi bencana berupa pemetaan rawan tsunami dilakukan.

Harianjogja.com, SLEMAN-Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY memetakan tiga kabupaten DIY di tepi Samudera Hindia berpotensi terdampak tsunami. Di antaranya Kabupaten Kulonprogo, Bantul, dan Gunungkidul.

Promosi Moncernya Industri Gaming, Indonesia Juara Asia dan Libas Kejuaraan Dunia

Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD DIY, Heri Siswanto, memaparkan, ada 10 desa dari tiga kecamatan di Kulonprogo yang terdampak tsunami. Sementara di Bantul ada lima desa dari tiga kecamatan dan di Gunung Kidul ada 18 desa dari enam kecamatan. Total ada 33 desa yang berpotensi terdampak tsunami.

Berdasarkan kajian dari BPBD, dampak tsunami tersebut akan terjadi jika kekuatan gempa di atas delapan skalarichter dengan ketinggian tsunami 11 meter.

“Diperkirakan akan menghantam 2-3 kilometer dari bibir pantai dengan perkiraan korban sebanyak 100.000 jiwa,” kata Heri saat Workshop Penguatan UPT BMKG dan BPBD dalam Memahami Rantai Peringatan Dini Tsunami di kantor BMKG DIY, Senin (14/9/2015).

Deputi Bidang Geofisika, BMKG, Masturyono, mengatakan wilayah Jawa bagian selatan berpotensi besar terkena dampak tsunami. Aktivitas pertemuan Lempeng Eurasia dan Lempeng Samudera Hindia terus terjadi. Hanya saja kekuataannya lemah sehingga gempa yang ditimbulkan tidak dirasakan manusia.

“Pergerakan berlangsung terus menerus. Saat ini [lempeng] terkunci tapi bukan berarti berhenti. Justru saat ini ada akumulasi energi dan suatu saat nanti bisa menghasilkan gempa yang berpotensi tsunami,” kata Masturyono.

Pada tahun 1994 terjadi tsunami di Banyuwangi dan 2006 di Pangandaran. Ia mengatakan wilayah di sepanjang dua titik pantai tersebut harus waspada karena potensi tsunami besar.

“Daerah ini menurut para ahli diduga menjadi daerah pengumpulan energi yang suatu saat bisa dilepas,” ujarnya lagi.

Menurut teori gempa bumi, imbuhnya, daerah yang tidak terjadi gempa bumi dalam kurun waktu lama dimungkinkan terjadi gempa yang besar. Seperti di pesisir Jawa selatan.

Untuk mendeteksi gempa, saat ini sudah dipasang trimursor di Pundong dan Piyungan. Alat ini bekerja mendeteksi proses pengumpulan energi lempeng. Trimursor juga mampu mendeteksi perubahan air laut dan suhunya di kedalaman 100 meter. Sementara alat lainnya ada seismograf yang telah terpasang di 169 titik di Indonesia.

Jika tsunami benar terjadi di wilayah DIY, rencana pembangunan bandara di Kulonprogo akan terdampak. Mengingat posisi bandara direncanakan berdekatan dengan pantai. Untuk hal ini, BMKG hanya berwenang memberikan rekomendasi informasi agar bangunan bandara menyesuaikan kondisi alam yang ada.

“Konsepnya bandara yang bisa menahan ketika tsunami menerjang,” kata Masturyono.

Menurutnya BMKG tidak berwenang untuk menghalangi proses pembangunan namun hanya sebatas menginformasikan ancaman tsunami yang suatu saat bisa terjadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya