SOLOPOS.COM - Keluarga Fuadilah mengemasi barang di antara reruntuhan rumahnya yang hancur akibat puting beliung di Dusun Kadisoka, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Sleman, Jumat (7/12/2012)

Keluarga Fuadilah mengemasi barang di antara reruntuhan rumahnya yang hancur akibat puting beliung di Dusun Kadisoka, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Sleman, Jumat (7/12/2012)

Angin puting beliung yang melanda Kalasan, Sleman, Jumat (7/12/2012) membuat sejumlah warga harus mengungsi. Pasalnya, banyak rumah warga mengalami kerusakan yang tidak bisa ditinggali sementara.

Promosi Liga 1 2023/2024 Dekati Akhir, Krisis Striker Lokal Sampai Kapan?

Larut dan dinginnya malam tidak menjadi masalah bagi warga di Dukuh Bromonilan, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan untuk tetap menurunkan pohon yang menumpang di atas rumah. Pohon-pohon itu tumbang dan menimpa atap karena tertiup angin puting beliung.

Salah satu warga Gito Prawiro, 87, Dukuh Bromonilan, Purwomartani Kalasan menuturkan awal bencana itu terlihat saat banyak kertas dan plastik terbang tertiup angin. Kertas dan angin itu berputar-putar di atas langit.

“Terbangnya seperti ditarik dari atas dengan cepat. Setelah kertas, lalu saya lihat beberapa seng dan dahan pohon ikut terbang. Yang jelas, ngeri dan saya langsung masuk rumah tetangga,” tutur Gito.

Gito melanjutkan, dia tidak berani masuk ke dalam rumahnya karena atapnya terpasang seng dan asbes yang mudah diterbangkan angin. Sedangkan di tempat tetangga, rumahnya bertingkat.

“Kami dari dalam rumah itu masih melihat banyak benda yang seperti tersedot pusaran angin itu. Takut dan merinding lihatnya. Baru kali ini lihat angin sekencang itu,” tambah Gito.

Menurut Gito, putaran angin semakin menjadi ketika singgah di perumahan Kadisobo. Gito mengaku masih melihat angin itu berputar-putar di selatan wilayahnya itu.

“Kami sudah berani keluar rumah dan masih melihat angin puting beliung itu menuju ke Selatan. Tepat di perumahan Kadisobo terlihat angin itu berhenti agak lama, mungkin di sana parah sekali,” kata Gito.

Kisah lain dikatakan Giat, 40, warga Dusun Gapleksari. Dia mengaku waktu angin puting beliung menerpa Perumahan Kadisobo dia masih berada di jalan. Awalnya dia ditelepon anaknya, Ayu Restika, 13, yang mengatakan di rumahnya sedang diterpa angin puting beliung.

Baru saja mengakiri pembicaraan, rupanya angin puting beliung menghampirinya. Awalnya dia tetap tenang berada di dalam mobil mitsubishi box milik kantor. Namun setelah beberapa lama dia keluar dari mobil dan mencari pohon besar untuk berpegangan.

“Mobil saya goyang-goyang. Sedangkan pohon-pohon kecil di depan saya terlihat roboh seperti didorong angin saja. Makanya saya langsung keluar dari mobil dan mencari pegangan yang lebih kuat,” kata Giat.

Giat mengaku tidak menyadari jika pohon itu bisa saja terbawa angin. Dia hanya ingin berpegangan di tempat yang terlihat kokoh saja. Sebab di kanan-kiri tempatnya berhenti tidak ada satupun bangunan. Yang ada hanya pemancingan yang terbuat dari bambu.

“Setelah hujan, angin itu berhenti. Saya langsung balik kanan dan pinjam sepeda motor teman kantor. Dari Kadisobo ke rumah saya bisanya dengan motor hanya ditempuh 10 menit, karena banyak pohon roboh saya menempuh harus berputar dan butuh waktu satu jam,” kata Giat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya