SOLOPOS.COM - Riyana menjual beragam jenis bunga kering dan biji-bijian di Pasar Beringharjo, Selasa (25/10/2016). (Bernadheta Dian Saraswati/JIBI/Harian Jogja)

Mubeng Beringharjo mengenai kerajinan dari limbah

Harianjogja.com, JOGJA — Di Pasar Beringharjo, ada sebuah kios di tengah-tengah blok jamu yang menjual aneka jenis bunga kering dan biji-bijian. Bunga kering dan biji-bijian tersebut dijual kiloan dan biasa digunakan untuk bahan kerajinan tangan seperti asesoris kalung dan gelang, serta hiasan dinding.

Promosi Keturunan atau Lokal, Mereka Pembela Garuda di Dada

Riyana selaku pemilik usaha sudah menjalani bisnis tersebut sejak 1998, tepatnya saat krisis moneter di masa kepemimpinan Presiden Soeharto. Aneka jenis biji-bijian ia jual, mulai dari biji jagung jali seharga Rp30.000 per kg sampai biji jenitri yang harganya mencapai Rp100.000 per kg. Sementara bunga kering ia jual Rp40.000-Rp70.000 per kg.

“Kalau di sini [Beringharjo] yang jual seperti ini [bunga kering dan biji-bijian] cuma kami. Dulu awalnya bapak ibu saya jual jamu tapi kemudian ada yang suruh nyariin biji-bijian, kita layani, dan lama-lama kita buka usaha seperti ini,” kata perempuan yang tinggal di Sayidan, Jogja, ini, Selasa (25/10/2016).

Usahanya itu banyak menjadi jujugan para perajin asesoris. Kalangan instansi pendidikan juga sudah banyak yang menjadi pelanggannya. Mereka membelinya untuk digunakan para siswa dalam membuat hasil karya ketrampilan. Pembeli tidak hanya datang dari DIY, tetapi juga Bandung, Jakarta, Bogor, dan masih banyak lagi.

Semua bahan tersebut ia peroleh dari beberapa penyetor bunga kering dan biji-bijian asal DIY. Namun ada barang lainnya seperti beragam jenis tali dan kerang yang didatangkan dari Jawa Timur.

Menurutnya bisnis ini cukup menguntungkan karena komoditas yang ia jual tidak bisa busuk ataupun rusak. Daya tahannya juga bisa bertahun-tahun. “Ibaratnya ini semua kan sampah. Jadi saya jual sampah,” kata Riyana. Kendalanya hanyalah ketika sulit mendapatkan barang yang diinginkan. Satu-satunya trik yang dilakukan adalah menyetok sebanyak mungkin saat biji-bijian tersebut memasuki masa panen.

Dalam sehari, rata-rata ia bisa meraup omzet sampai Rp3 juta. Hasil usaha yang dirintis orang tuanya ini menjadi tumpuan hidup keluarganya. Yang paling berkesan menurutnya adalah usahanya telah mampu mengantarkan orang tuanya menjalankan ibadah haji.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya