SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Mubeng Beringharjo kali ini berhenti pada seorang pedagang emas

Harianjogja.com, JOGJA-Melintas di Pasar Beringharjo bagian tengah, setiap pengunjung pasar selalu disuguhkan dengan aktivitas para pembeli emas yang membuka lapaknya di pinggir jalan. Bermodalkan etalase kecil dari kayu, mereka setia menanti pengunjung pasar yang ingin menjual perhiasan mereka.

Promosi Berteman dengan Merapi yang Tak Pernah Berhenti Bergemuruh

Salah satu dari mereka, Eko Gadang, 27, telah menekuni bisnis itu sejak lima tahun terakhir. Ia belajar dari sang ayah dan neneknya.

Dalam etalasenya, ia menyimpan sebotol air raksa, batu gosok dan timbangan. Ketiga alat itu digunakan untuk membuktikan kadar emas yang terkandung dalam perhiasan. “Perhiasannya tinggal digosok, lalu dikasih air raksa, baru ketahuan emas asli apa palsu. Kalau berubah jadi hijau, itu palsu,” kata Eko, Selasa (22/3/2016).

Eko mengatakan, pada awal-awal ia menjalani bisnis itu, ia pernah ditipu konsumen. Emas seberat tiga gram yang sudah ia beli dengan harga Rp200 per gram ternyata palsu. “Waktu itu memang saya tidak mengecek [menggunakan air raksa]. Yakin saja kalau itu emas asli. Ternyata ketika orangnya pergi, baru sadar itu palsu,” ujar Eko.

Biasanya emas yang palsu bisa diketahui setelah dipotong. Lapisan luar memang terbuat dari emas namun lapisan dalamnya hanya terbuat dari tembaga. “Ini jadi pengalaman. Kalau sekarang sudah tahu asli apa palsu,” jelas pria yang tinggal di Bangirejo, RT39/RW11 Karangwaru, Tegalrejo, Jogja ini.

Dalam sehari, rata-rata Eko mampu membeli lima gram emas. Mereka yang datang biasanya tidak menyertakan surat bukti pembelian perhiasan yang diterbitkan toko perhiasan di mana mereka membeli perhiasan itu.

Eko mengatakan, toko perhiasan biasanya enggan membeli perhiasan tanpa disertai nota pembelian. Kalaupun mau, mereka akan membeli perhiasan tersebut dengan harga rendah. “Saya berani beli sesuai harga di toko emas,” katanya.

Khusus pelanggan, Eko hanya berani mengambil untung sekitar Rp5.000-Rp6.000 per gram. Namun, untuk konsumen baru, ia berani mengambil untung hingga Rp50.000.

Pelanggan yang datang berasal dari berbagai kalangan. Ada tukang rongsok, ibu rumah tangga, pendulang emas dari Lampung, bahkan ada wisatawan yang menjual emasnya karena uang sakunya habis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya