Jogja
Jumat, 10 Agustus 2012 - 10:06 WIB

MUBENG BERINGHARJO: Pengemis Makin Banyak

Redaksi Solopos.com  /  Harian Jogja  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

JOGJA—Jelang Lebaran, jumlah pengemis yang beredar di Pasar Beringharjo makin banyak. Pedagang mengaku risih terhadap kehadiran pengemis karena dianggap mengganggu kenyamanan dalam berdagang.

Pantauan Harian Jogja pada Rabu (8/8) dan Kamis (9/8), bagian dalam pasar kedapatan beberapa pengemis yang tersebar di pasar bagian timur terutama di bagian pasar yang berlokasi berdekatan dengan jalur keluar masuk pengunjung. Mereka meminta-minta kepada pengunjung dan juga pedagang.

Advertisement

Salah satu pedagang pakaian di lantai dasar Beringharjo, Nurudin, mengaku risih dengan kehadiran pengemis yang jumlahnya semakin banyak jelang perayaan Lebaran. Dalam waktu satu hari lebih dari 10 pengemis mampir ketempatnya untuk meminta.

“Risihnya kalau sedang berdagang, pengemis sangat mengganggu kenyamanan pengunjung,” kata Nurudin, Kamis (9/8). Kehadiran pengemis kerap membuat pedagang dan pengunjung tidak nyaman.

Pengemis dinilai sangat mengganggu komunikasi disaat proses penawaran dangan. Terlebih, pengemis juga memiliki perawakan yang kotor dan juga mengeluarkan bau yang tidak sedap. “Kalau dikasih uang Rp500 mereka ngomel-ngomel. Maunya minta Rp1.000,” jelasnya.

Advertisement

Ketika pengemis datang, Nurudin mengaku jika lebih sering untuk tidak memberikan uang lantaran saking banyaknya pengemis yang datang secara bergiliran dan jumlahnya terus meningkat dari hari ke hari.

Selain pengemis, Beringharjo juga kerap menjadi sasaran tempat pengamen dan pedagang asongan berjualan. Hal ini dinilai dapat membuat suasana pasar menjadi tidak tertib.

Hanung Susanto, anggota keaman dan ketertiban (Kamtib) di lantai dasar Pasar Beringharjo, mengatakan kehadiran pengemis, pengamen dan pedagang asongan menjadi sasaran penertiban petugas keamanan menjelang perayaan Lebaran.

Advertisement

“Mereka sulit untuk ditertibkan. Sekali ke tangkap, pasti hari berikutnya beraksi lagi,” kata Hanung. Bagi pemain lama, pengemis sering kucing-kucingan dengan petugas kantib. Terkadang, ada pula pengemis, pengamen dan pedagang asongan yang sudah mengetahui jam patroli dan memilih untuk beraksi saat patroli usai.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif