SOLOPOS.COM - Salah satu pedagang di Pasar Beringharjo, Lutfah Eta Arini, menjual gula batu di kiosnya, Selasa (19/7/2016). (Bernadheta Dian Saraswati/JIBI/Harian Jogja)

Mubeng Beringharjo kali ini menampilkan penjual gula batu

Harianjogja.com, JOGJA-Gula batu atau gula yang berbentuk seperti batuan padat merupakan salah satu alternatif pemanis makanan dan minuman yang mudah ditemui di pasar tradisional.

Promosi Selamat Datang di Liga 1, Liga Seluruh Indonesia!

Di Pasar Beringharjo misalnya, beberapa pedagang menjual gula batu ini dari berbagai tipe, mulai gula batu kuning hingga gula batu putih.

Salah satu pedagang gula batu, Lutfah Eta Arini, 42, mengatakan harga gula batu putih lebih mahal. Di tokonya, ia menjual dengan harga Rp25.000 per kilogram (kg) sementara warna kuning hanya ia jual Rp23.000 per kg.

Saat harga gula mahal seperti ini, gula batu pun ikut terkerek sehingga mengakibatkan jumlah pembeli yang datang ke tokonya berkurang. Biasanya untuk tingkat pengecer bisa lebih dari 50 pembeli tetapi kini hanya 20 pembeli saja.

“Lebaran kemarin [2015] di dasaran [lapak] bersih [habis]. Sekarang [Lebaran 2016] masih banyak dan pasokannya lancar padahal kalau Lebaran [pasokannya] selalu telat karena saking banyaknya permintaan,” ujar Eta, Selasa (19/7/2016), di kiosnya.

Ia mengakui harga gula yang sedang tinggi memang berdampak besar pada usahanya. Beruntung, ia tidak hanya fokus menjual gula batu tetapi ada dagangan pendukung lainnya seperti wedang uwuh, kacang mede, emping, dan aneka camilan lainnya, yang tetap dapat mendongkrak pendapatannya. Ia hanya berharap semoga seusai Lebaran ini penjualannya kembali membaik.

Perempuan yang tinggal di Karangsingosaren Banguntapan, Bantul ini telah memulai usahanya sejak tahun 1999. Ia meneruskan usaha neneknya, Mbah Tumin, yang sudah sejak lama terhenti.

Semasa hidupnya, kata Eta, Mbah Tumin adalah pedagang di Pasar Beringharjo yang khusus menyediakan komoditas gula batu. Namanya sudah sangat dikenal di kalangan pedagang maupun pelanggan.

“Waktu itu saya disuruh orang tua saya meneruskan usahanya simbah. Mulai 1999 itu saya buka tapi saya tambahi sama dagangan lainnya,” kata Eta.

Menurutnya, memang tidak semua orang gemar mengonsumsi gula batu. Biasanya, penggemarnya datang dari kalangan para lansia terutama untuk konsumen pengecer. Mereka sudah lama berlangganan karena gula batu yang Eta jual tidak mudah meleleh saat terkena air.

Eta tidak hanya melayani pembelian eceran tetapi juga grosiran untuk para pengusaha warung kelontong dan juga kuliner. Khusus grosir, ia memberikan harga yang lebih murah dibandingkan harga ecer. Selisihnya Rp500 per kg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya