Jogja
Kamis, 29 Juni 2017 - 18:20 WIB

MUI Gunungkidul Imbau Gerbang Masjid Jangan Ditutup Selama Libur Lebaran

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Masjid Nurul Huda di Dusun Ledoksari, Desa Kepek, Kecamatan Wonosari yang menjadi salah satu masjid yang sering disinggahi wisatawan untuk beribadah maupun beristirahat, Kamis (29/6/2017). (JIBI/Irwan A. Syambudi)

Untuk menjamin kenyamanan para wisatawan, penjaga rumah ibadah diminta memberikan akses bagi para wisatawan untuk beribadah.

 
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL--Kunjungan wisatawan saat libur lebaran jumlahnya mencapai puluhan ribu hingga ratusan ribu orang. Untuk menjamin kenyamanan para wisatawan, penjaga rumah ibadah diminta memberikan akses bagi para wisatawan untuk beribadah.

Advertisement

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Gunungkidul, Sukamto meminta kepada Bupati Gunungkidul agar memberikan Surat Edaran (SE) kepada takmir masjid di sepanjang jalur wisata.

“Intinya, selama libur lebaran jangan sampai gerbang masjid ditutup. Pengguna jalan bisa beribadah sekaligus istirahat,” katanya, baru-baru ini.

Menurutnya dengan selalu dibukanya masjid, para wisatawan yang terjebak macet dapat singgah di masjid untuk beribadah. Sehingga kewajiban untuk beribadah tidak terganggu dengan aktivitas liburan.

Advertisement

Sementara itu, Sekretaris Dinas Pariwisata (Dispar) Gunungkidul, Harry Sukmono mengatakan rumah ibadah seperti masjid dapat menjadi tempat ibadah sekaligus istirahat. Pasalnya rest area di Gunungkidul masih minim.

Dia mengatkan satu-satunya rest area hanya ada di Bunder, Patuk. Tentu kondisi demikian tidak sebanding dengan lonjakan jumlah kunjungan wisatawan. “Oleh sebab itu, kami akan memaksimalkan masjid untuk dijadikan rest area. Setelah beribadah, wisatawan bisa sekaligus beristirahat,” katanya.

Untuk kepentingan tersebut, pihaknya telah berkoordinasi dengan beberapa pengurus masjid. Intinya, diminta kerjasamanya dalam upaya memberikan keleluasaan bagi wisatawan untuk beribadah atau sekedar singgah.

Advertisement

Dia menjelaskan, pertimbangan rumah ibadah dijadikan rest area karena melihat dinamika wisatawan. Mereka terpantau memadati masjid ketika tiba waktu salat. Rombongan pelancong usai beribadah terlihat melepas lelah duduk-duduk dan aktivitas lainnya.

Gayung bersambut, didasasari pantauan lapangan tersebut, Dispar kemudian berinisiatif untuk melakukan pengelolaan dengan baik. Sebab ada kemungkinan, dengan banyaknya wisatawan yang berada di lingkungan masjid, tentu ada dampak negatif. “Misalnya kebersihan lingkungan rumah ibadah dan lainnya,” kata Harry

Dengan demikian harapannya, pada puncak liburan lebaran kali ini wisatawan terlayani dengan baik. Tidak hanya pelayanan di objek wisata tapi juga pelayanan untuk fasilitas penunjang seperti tempat ibadah.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif