SOLOPOS.COM - Sisa-sisa Museum Kolong Tangga di Kompleks Taman Budaya Yogyakarta, Jumat (7/7/2017). (Arief Junianto/JIBI/Harian Jogja)

Museum Kolong Tangga, pihak Disbud membuka suara

Harianjogja.com, JOGJA — Dinas Kebudayaan (Disbud) DIY angkat bicara soal polemik antara pengelola Museum Pendidikan dan Mainan Kolong Tangga dengan Taman Budaya Yogyakarta (TBY).

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Baca Juga : TBY Direnovasi, Museum Kolong Tangga Harus Pergi

Kepala Seksi Promosi dan Inovasi Disbud DIY Budi Husada menjelaskan, berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 66/2015 tentang museum, posisi Museum Kolong Tangga memang berada pada pihak yang salah. Dalam pasal 3 PP Nomor 66/2015 tersebut, tertulis bahwa museum haruslah memiliki sumber daya manusia (SDM), lokasi bangunan, dan sumber pendanaan tetap.

“Nyatanya, mereka [Museum Kolong Tangga] tidak punya itu semua,” katanya, Selasa (13/7/2017).

Itulah sebabnya, pihaknya perlu mengklarifikasi terkait pemberitaan selama ini yang terkesan menyudutkan pemerintah. Menurutnya, dengan adanya Dana Keistimewaan, pemerintah sebenarnya sudah membuka pintu selebar-lebarnya terkait pembinaan museum.

“Termasuk Museum Kolong Tangga,” ujarnya.

Dibuktikannya, tahun ini pihaknya menggelontor dana mencapai hampir Rp4 miliar untuk pengembangan tiga museum di DIY. Ketiga museum itu masing-masing Museum Monjali, Museum Tani Jawa, dan Museum Dirgantara TNI Angkatan Udara.

Secara keseluruhan, jumlah museum yang ada di DIY berjumlah 45 buah. Di tahun ini, sebanyak 27 di antaranya mendapatkan suplai total 33 orang edukator museum.

Sesuai regulasi tersebut, pemerintah memang bisa membantu pengelola museum, terutama untuk melakukan pembangunan. Atas alasan itulah pihak pengelola Museum Kolong Tangga diharapkan menyiapkan sebidang tanah sebagai lokasi museum nantinya.

“Contohnya, Museum Tani Jawa itu. Tahun ini, kami membangun beberapa bangunan tambahan untuk museum yang ada di Bantul itu,” ujarnya.

Selain itu, ia pun mengklaim bahwa pihaknya sudah memberikan kesempatan bagi pengelola museum untuk berdialog beberapa tahun silam. Namun, ketika itu diklaimnya justru pihak pengelola museum lah yang tidak hadir.

Tergantung Penggalangan Dana
Terpisah, Publik Relations Museum Pendidikan dan Mainan Kolong Tangga Redi Kuswanto mengakui, selama ini Museum Kolong memang dikelola oleh para relawan. Begitu pula dengan pembiayaannya, ia mengaku para relawan melakukan berbagai kegiatan penggalangan dana. Mulai dari pencarian donatur, bazaar, hingga penjualan barang-barang bekas.

“Kalau saya sendiri, sering menjual buku-buku yang saya tulis,” katanya saat dikonfirmasi terpisah.

Bahkan, kini dirinya mengaku tengah menjual salah satu buku yang ia tulis melalui pesan broadcast. Ia menegaskan, sepenuhnya hasil penjualan bukunya itu biaya museum yang ia kelola bersama seorang warga negara asing asal Belgia, Rudi Corens.

“Itulah, mana mungkin kami mampu beli tanah sendiri,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya