Jogja
Selasa, 15 September 2015 - 13:20 WIB

MUSIBAH DI MASJIDIL HARAM : Korban Meninggal Asal Sleman Sempat Hilang Kontak 3 Hari

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Fauzan menunjukkan foto Sriyana, Senin (14/9/2015). (Harian Jogja/Bernadheta Dian Saraswati)

Musibah di Masjidil Haram salah satunya adalah jamaah haji asal Sleman

Oh..hatiku mulai teriris-iris oleh perasaan malu, khawatir, cemas dan sedih. Harapanku untuk berakrab-akrab dengan Rasululloh tercintaku mulai pupus…

Advertisement

Penggalan alinea itu membuka postingan Sriyana, jamaah haji asal Rewulu Kulon RT 3/RW 22 Desa Sidokarto, Kecamatan Godean, dalam grub aplikasi Whatsapp Haji Mandiri Sleman 2015. Seakan merasa tak mampu menuntaskan ibadah hajinya, pria 49 tahun ini mengungkapkan isi hatinya kepada jamaah lainnya.

Benar saja, postingan itu menyiratkan akhir perjalanan suci Sriyono. Jumat (11/9/2015) petang waktu Makkah Arab Saudi, suami Suryantiningsih ini mengalami musibah. Ia benar-benar tak bisa menuntaskan ibadah hajinya karena jadi korban jatuhnya crane di Masjidil Haram.

Advertisement

Benar saja, postingan itu menyiratkan akhir perjalanan suci Sriyono. Jumat (11/9/2015) petang waktu Makkah Arab Saudi, suami Suryantiningsih ini mengalami musibah. Ia benar-benar tak bisa menuntaskan ibadah hajinya karena jadi korban jatuhnya crane di Masjidil Haram.

Kabar kepergian Sriyono diterima keluarga Senin (14/9/2015) pagi sekitar pukul 07.30 WIB. Namun sejak kejadian Jumat petang itu, keluarga tak tenang menanti kabar dari tanah suci. Pasalnya sejak media massa ramai memberitakan jatuhnya crane, keluarga mengalami hilang kontak dengan Sriyana.

“Tiga hari kami hilang kontak. Kabar terakhir, Pak Sriyana menghubungi keluarga kalau habis Jumatan di Masjidil Haram,” ungkap kakak sepupu Sriyana, Fauzan, 50, Senin.

Advertisement

Keluarga yang kebetulan mendengar langsung menanyakan kepada koordinator kloter di Arab. “Setelah mencocokkan identitas ternyata benar,” kata Fauzan.

Setelah kabar tersebut dipastikan benar, suasana duka sontak menyelimuti keluarga. Isak tangis di dalam rumah kediaman Sriyana terdengar pelan. Suryantiningsih hanya duduk lemas sambil terus mengucap istigfar. Tiga putrinya, Khusnul Latifah, 21, Alfiah Nurhidayah, 17, dan Zakiyah Nur Afifah, 10, terus meneteskan air mata. Bahkan si sulung sempat pingsan teringat ayahandanya.

Sebelum keberangkatan, Fauzan sempat dititipi untuk menjaga keluarga. “Pak Sriyono sempat menitipkan keluarga. Sempat pamitan juga ke masyarakat dan pamitan langsung, tidak diwakilkan,” kata Fauzan.

Advertisement

Satu per satu pelayat terus berdatangan. Pun dengan siswa dan rekan guru dari SMKN 2 Depok karena Sriyana adalah guru mata pelejaran permesinan di sekolah itu. Bagi salah satu rekan, Subandi, 42, Sriyana meninggalkan kesan tersendiri bagi kalangan guru. “Pak Sriyana itu orangnya sangat baik. Pada rekan kerja dan murid baik,” katanya.

Komunikasi terakhir dengan Sriyana adalah pada tanggal 9 September. Dalam komunikasi melalui Whatsapp itu, Sriyana sempat menceritakan jika ia belum menjumpai badai pasir dan kondisi di Makkah masih aman. Namun Subandi tak menyangka jika obrolan itu jadi komunikasi terakhir dengan sang guru yang telah sembilan tahun mengajar di SMKN 2 Depok.

Sriyana berangkat bersama kloter 27. Ia berangkat dengan rombongan haji dari Embarkasi Haji Donohudan Boyolali, Jawa Tengah. Ia sudah mendaftar haji sejak lima tahun lalu.

Advertisement

Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Sleman, Muhammad Lutfi Hamid, belum dapat memastikan kapan Sriyana dipastikan meninggal. Pasalnya sejak kejadian Jumat itu, Sriyana tidak kembali ke penginapan. Koordinator kloter yang terus melaporkan info terkini juga mengatakan jika Sriyana hilang usai jatuhnya Crane.

“Menurut kabar, Pak Sriyana sempat dibawa ke RS An Nur di Makkah. Apakah ia sempat dirawat akhirnya meninggal di rumah sakit ataukah ia meninggal seketika lalu baru diidentifikasi di rumah sakit, kami belum bisa memastikan,” kata Lutfi saat melayat ke rumah keluarga korban.

Hanya saja, lanjutnya, kabar kepastian bahwa salah satu korban dari Indonesia adalah Sriyono, baru diterima Minggu (13/9/2015) malam.

Menurut aturan dari Makkah, jamaah yang meninggal di sana tidak boleh dibawa pulang. Oleh karena itu ia berharap ada akomodasi dari pemerintah agar perwakilan keluarga bisa datang ke Makkah menyaksikan proses pemakaman.

Nanti, keluarga Sriyana akan mendapat asuransi dari Pemerintah Indonesia. Namun pihak Kemenag juga akan mengupayakan asuransi dari Arab Saudi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif