SOLOPOS.COM - ILUSTRASI (Wahyu Sulistiyawan/JIBI/Bisnis Indonesia)

Musim hujan mempengaruhi kualitas tembakau.

Harianjogja.com, SLEMAN – Hujan perdana yang terjadi di wilayah Sleman selain memberikan berkah namun juga berdampak pada petani tembakau. Harga tembakau langsung anjlok hingga 50% setelah hujan turun.

Promosi Primata, Permata Indonesia yang Terancam Hilang

Ketua Kelompok Tani Guyub Rukun Nambongan, Caturharjo, Sleman, Darto menjelaskan, baru sekali turun hujan namun ia telah merasakan penurunan harga tembakau. Selain menanam tembakau di lahannya, Darto juga menjadi tengkulak dengan membeli tembakau milik petani kemudian dirajang sendiri menjadi tembakau siap jual.

“Baru kemarin hujan, sekarang sudah turun banyak sekali harganya,” ungkapnya saat ditemui Harian Jogja, di areal perkebunan tembakau Jetis, Caturharjo, Sleman, Jumat (6/11/2015).

Ia menambahkan, untuk petani yang menanam sebenarnya saat ini dalam posisi aman. Karena mereka telah memanen beberapa kali saat musim panas sehingga harga masih tinggi. Hanya saja, bagi para tengkulak seperti dirinya mengalami kerugian yang besar.

“Kalau petani yang menanam sendiri masih aman,” ujarnya.

Penurunan harga terjadi pada tembakau yang telah dirajang. Menurutnya, para pengusaha besar mulai berspekulasi dengan menurunkan harga tembakau rajang ketika hujan turun. Alasannya karena cuaca yang sudah tidak panas lagi sehingga memicu penurunan aroma tembakau masak. Mengingat tengkulak atau petani seperti dirinya mengeringkan tembakau dengan sinar matahari.

Sebelum turun hujan kisaran harga tembakau rajang antara Rp60.000 untuk kualitas rendah hingga Rp130.000 per kilogram untuk kualitas baik. Tetapi saat ini turun menjadi antara Rp25.000 hingga Rp60.000.

“Ada kualitas A itu masih hijau harganya rendah sampai F itu warnanya merah harganya paling tinggi,” kata dia.

Ia membeli tembakau dari petani saat ini dengan harga Rp1.000 per batang pohon karena telah dipanen sebelumnya. Tetapi saat panen pertama harga tembakau perpohon mencapai Rp2.500.

“Kalau tengkulak jelas rugi saat ini karena sudah habis di operasional. Sementara juragan besar membelinya seenaknya mau harga berapa saja,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya